Minggu, 8 Januari (Stola Hijau)
Tujuan : Supaya warga jemaat mengerti tentang kebesaran Tuhan dan manfaatnya dalam hidup orang percaya
Bacaan kita saat ini merupakan sebuah nubuatan dari Allah yang disampaikan oleh Nabi Yesaya. Sifatnya, memberikan penghiburan kepada bangsa Israel tatkala mereka hidup dalam penderitaan di masa-masa pembuangan sehingga Allah memberikan berita pembebasan (Yesaya Pasal 40). Bukan hanya sekedar penghiburan melainkan pemulihan seperti yang tergambar dalam (42:3). Seolah-olah tidak ada lagi harapan. Menariknya, dalam Nubuatan ini, Tuhan akan membangkitkan harapan itu dengan caraNya, dengan tindakanNya yang memperkenalkan tentang hamba Tuhan yakni yang dipilih dan diurapi untuk menyatakan keselamatan kepada Israel dan semua bangsa.
Hamba merupakan gelar penghormatan dan panggilan. Yang menunjukkan bahwa ada hubungan yang tidak bisa dilepaskan dari yang memberi gelar. Jelas, bahwa hamba yang dimaksud sang nabi ialah Yesus Kristus, mesias itu. (matius 3:17).
Sang Hamba yang dimaksud tidak bertindak dari diriNya sendiri melainkan diperlengkapi dengan kuasa Roh, hendak menyatakan Hukum Allah, dimana pengajarannya diharapkan dalam rangka memberikan pengharapan baru bagi mereka yang buta mata hatinya, terhukum, tertawan, hidup dalam penjara dan kegelapan dosa. (ayat 7). Ditegaskan dalam ayat 8 semua hal itu (pembebasan) berdasarkan kuasa dan kasih Allah.
Kalau Tema kita saat ini, berbicara tentang kebesaran Hamba Tuhan, secara sederhana kita dapat melihanya dari 2 hal:
- Ketaatan Kepada Tuannya (Yang Mengutusnya).
Dalam beberapa kesaksian, bahwa setiap pemilihan dan pengutusan para Nabi termasuk Nabi Yesaya. Mereka tidak dapat bernubuat jika tidak disuruh Allah. Sebab ketika mereka bertindak diluar dari perintah Allah maka hal itu dihitung sebagai sebuah kesalahan. Dan itu terjadi kepada Nabi Musa yang pada akhirnya tidak diijinkan masuk ke dalam tanah Kanaan. Dalam beberapa perkataan Yesus, untuk menunjukkan hubungan yang tidak bisa dilepaskan dari BapaNya, Yohanes 8: 26-29, mengungkapkan bahwa apa yang disampaikan Yesus merupakan Firman yang dari Bapa. Oleh sebab itu kebesaran seorang hamba terletak pada ketaatan pada Allah. - Ketaatan Dalam Melakukan Tugas.
Seorang Nabi tidak akan dikatakan Nabi kalau ia tidak melakukan apa yang menjadi tugasnya. Pengalaman itu sempat terjadi dalam kehidupan Nabi Yunus yang mangkir dari perintah dan tugas dari Tuhan. (Yunus Pasal 1), Sehingga ia sendiri mendapatkan hukumannya. Yesus Kristus sendiri menunjukkan ketaatannya melakukan Tugas dari Bapa sekalipun ia menyadari betapa beratnya penderitaan itu, sampai bergumul di taman Getsemani, “Ya Bapaku jikalau mungkin biarlah cawan ini lalu dari padaku, tetapi bukan kehendakku yang jadi melainkan kehendakMulah yang terjadi”. (Lukas 22:42). Sehingga kebesarannya justru ketika Ia taat sampai mati di kayu salib.
Apa yang perlu kita renungkan dan pahami melalui bacaan kita saat ini;
Berkenaan dengan itu, kita sebagai orang-orang percaya yang telah dipilih Allah menterjemahkan konsep hamba demikian untuk menjadi hamba-hambaNya. (1 ptr 2:9). Kita telah Mendapat status sebagai orang pilihan berarti ada tugas yang harus kita lakukan:
- Hidup dalam Roh Kudus dan bekerja dalam hidup serta pelayanan, bahwa Roh Kudus yang memampukan, dengan demikian tidak ada beban melainkan kesukaan. Tidak ada ketakutan melainkan keyakinan
- Pelayanan harus didasarkan pada Firman Allah, betapa pentingnya seorang hamba menghidupi Firman itu dengan setia.
- Menyampaikan keselamatan yang dari Allah ke segenap Penjuru, dan olehnya itu GPIL sebagai Gereja mewartakan rencana keselamatan baik yang sudah dikerjakan maupun yang akan terus dikerjakan Allah bagi dunia ini.
- Hidup dan pelayanan kita harus menempatkan Allah sebagai yang utama, dimana Dialah yang Maha Tinggi yang patut dimuliakan sebab seringkali, seseorang terjebak mencari kemuliaan bagi dirinya sendiri. Kita harus belajar pada Yohanes Pembaptis, yang tidak mencari panggung agar dia yang dibesar- besarkan, dipuji melainkan memberi tempat utama kepada Yesus sang Mesias.
- Seorang hamba Tuhan harus menjalankan kehendak Tuhan untuk membangun gereja bukan menjadi batu sandungan bagi jemaat.
Dengan demikian, dalam menjalani tahun baru ini, sekalipun aral rintangan ada di depan kita, mari kita menjalaninya dengan penuh sukacita dan penuh pengharapan. Tuhan selalu merancangkan kebaikan bagi kita. Kekuatan dari Roh Kudus memimpin dan memampukan kita untuk tunduk dalam ketaatan pada kehendak Tuhan dan melawan dosa. serta Tugas orang- orang yang membawa nama Kristus adalah menekankan prinsip-prinsip kebenaran ilahi kepada semua orang. AMIN.