Minggu, 25 Juni (Stola Hijau)
Tujuan : Mendorong warga gereja agar sebagai keluarga Kristus, mereka hidup bagi Allah.
Sidang jemaat yang dikasihi Tuhan Yesus,
Kalau menurut saudara/i kita, umat Muslim, keselamatan itu sangat bergantung pada apa yang kita kenal dengan amal. Itu sebabnya, selama masih hidup, berbuat baik atau bersikap saleh selalu ditekankan dengan dasar: semakin banyak kita berbuat baik, semakin kita beramal, maka semakin banyak pula pahala kita. Kita menabung pahala, karena kelak itu semua akan dihitung di akhirat untuk menentukan nasib akhir kita. Sehingga tidak heran, kalau selama hidup saudara/i kita ini berjuang melakukan kebaikan dengan cara mengumpulkan amal sebanyak-banyaknya. Lalu bagaimana dengan kita orang percaya? Bagi kita orang percaya, bukan amal yang menentukan keselamatan kita melainkan kita diselamatkan oleh kasih karunia Tuhan. Namun yang sangat disayangkan ialah karena besarnya kasih karunia Allah yang selalu bersedia mengampuni, menerima dan menyatakan keselamatan itu kepada kita, manusia justru seringkali menyalahgunakannya untuk kembali melakukan dosa. Mengapa demikian? Karena kita selalu berpikir “kalau saya berbuat dosa dan bertobat maka Tuhan pasti akan mengampuni saya dan keselamatan itu sudah pasti” Betul! Tetapi apakah benar, pemahaman demikian dapat dijadikan sebagai alasan untuk lagi dan lagi melakukan dosa?
Rupanya kasih karunia Allah yang tidak terbatas ini, telah banyak disalah mengerti oleh beberapa anggota jemaat yang ada di Roma. Itulah mengapa dalam suratnya kepada jemaat di Roma, Rasul Paulus sengaja memunculkan pertanyaan dalam ayat 1b “bolehkah kita bertekun dalam dosa, supaya semakin bertambah kasih karunia itu?” Pertanyaan ini sengaja dimunculkan oleh Rasul Paulus untuk mengantisipasi agar supaya manusia tidak salah dalam memahami pernyataan Paulus dalam pasal sebelumnya, khususnya dalam pasal 5:20-21. Sebab jika pernyataan Paulus ini kemudian disalah mengerti, maka manusia bisa saja menjadikan perbuatan dosa sebagai alasan untuk memperoleh semakin banyak kasih karunia.
Karena itu, melalui suratnya dalam pasal 6:1-11 Paulus berusaha menjelaskan akan maksud pernyataan- nya dalam pasal sebelumnya. Adapun maksud pernyataan Paulus dalam pasal 5:20 hendak menegaskan kepada kita bahwa melalui karya penebusan Kristus, Allah berkenan menyatakan kasih karuniaNya yang berlimpah-limpah kepada umat manusia yang hidup dalam dosa. Di dalam karya penebusan Kristus, kasih karunia Allah tersebut mendamaikan manusia dengan Allah. Dan kasih karunia Allah di dalam Yesus Kristus pada hakekatnya lebih besar dari pada dosa-dosa umat manusia. Karena itu, dimana umat manusia hidup dalam kuasa dosa, di situ pula Allah menyatakan anugerah keselamatanNya. Itulah mengapa Paulus berkata dalam Roma 5:20 “dimana dosa bertambah banyak, di sana kasih karunia menjadi berlimpah-limpah” Karena dihadapan Tuhan dosa tidak dapat menguasai dan mengalahkan anugerah keselamatan-Nya.
Karena itu, janganlah kiranya kasih karunia yang berlimpah-limpah itu kemudian disalah artikan, atau justru menjadi alasan bagi kita bahwa dengan berbuat dosa maka anugerah keselamatan Allah semakin dicurahkan. Sebab bagaimanapun Allah tidak pernah membenarkan umatNya melakukan dosa. Itulah mengapa diayat 2 bacaan kita saat ini, Rasul Paulus berkata “Sekali-kali tidak! Bukankah kita telah mati bagi dosa, bagaimanakah kita masih dapat hidup didalamnya? sekalipun kita telah menerima kasih karunia yang melimpah-limpah dari Allah sehingga setiap dosa kita diampuni, tidak berarti kita dapat sebebas-bebasnya melakukan dosa karena tujuan dari kasih karunia itu dinyatakan kepada kita supaya setiap umat manusia mati terhadap dosa dan mengenakan manusia baru serta tidak lagi menghambakan diri pada dosa (ay. 6).
Sidang jemaat yang dikasihi Tuhan Yesus,
Betapa beruntungnya kita yang lahir dalam sebuah keluarga Kristen, keluarga yang secara sadar telah mengalami dan merasakan besarnya kasih Karunia Tuhan. Sehingga seharusnya sebagai keluarga Kristen kita tidak lagi hidup menurut kehendak daging melainkan kita menunjukkan hidup yang berkenan bagi Allah. Tugas kita sekarang adalah bagaimana mengelola kasih karunia Allah itu dalam kehidupan kita. Yakni dengan cara menggunakan anggota-anggota tubuh kita sebagai senjata kebenaran dan bukan kelaliman. Kita tidak lagi menyerahkan tubuh kita untuk dipakai oleh iblis sebagai alat kejahatan melainkan tubuh kita adalah milik Allah untuk melawan kejahatan, ketidakadilan, keserakahan, nafsu percabulan, kemalasan dan sebagainya. Sehingga dengan demikian tujuan dari kasih karunia Allah diberikan kepada kita tepat sasaran dan tidak lagi disalahgunakan untuk kembali melakukan dosa. Amin.