
Khotbah Minggu 16 Maret 2025 (Minggu Sengsara III) Stola Ungu
Tujuan : Agar Jemaat merespon kerinduan Yesus dengankerinduan kita akan keselamatan pembebasan dan penyembuhan.
Perikop ini mengingatkan kita akan pelayanan Yesus sehari-hari saat menghadapi penderitaan-Nya yang semakin dekat. Saat kita merenungkan penderitaan Yesus selama masa Prapaskah, marilah kita juga mengingat bahwa kematian Yesus hanyalah satu bagian dari proses di mana Yesus menyelesaikan pekerjaan pembebasan dan penyembuhan-Nya di antara umat-Nya. Perhatian terhadap kematian-Nya hendaknya tidak mengesampingkan refleksi tentang kebangkitan-Nya selama masa prapaskah ini. Yesus sedang menuju ke tempat bersejarah kekuasaan Yahudi di mana raja dan imam memiliki rumah mereka. Pelayanan kenabian dalam menghadapi kekuasaan adalah kegiatan berbahaya yang membahayakan kehidupan mereka yang akan mengatakan kebenaran kerajaan Allah kepada para penguasa. Yesus tidak terkecuali. Namun yang mengejutkan adalah reaksi Yesus. Ia menggambarkan kota itu sebagai tempat membunuh para nabi dan rasul artinya “mereka yang diutus,”( Lukas 13:34), tetapi tanggapan-Nya adalah belas kasihan yang digambarkan induk ayam hendak melindungi anak-anaknya dengan naungan sayapnya. Yesus rindu untuk mengumpulkan Yerusalem di bawah sayapNya (ayat 34). Yesus rindu untuk menghibur mereka yang akan menolak-Nya. Ia membayangkan Yerusalem sebagai sekumpulan anak ayam yang membutuhkan perlindungan ibu mereka dan rindu untuk menawarkan perlindungan yang sama, keselamatan, ke kota tempat Ia akan mati. Sayangnya, Yerusalem juga memiliki kerinduan. Kota itu tidak ingin dikumpulkan di bawah keselamatan Yesus.
Saudara-saudara yang dikasihi Yesus, Renungan hari ini, kita melihat tiga contoh Keinginan atau kerinduan. “Keinginan” (kata θλω, thelo , dapat diterjemahkan sebagai “keinginan,” “kehendak,” “akan,” atau “keinginan” tergantung pada terjemahan bahasanya atau konteks) digunakan tiga kali dalam perikop ini sebagai berikut. Pertama, orang-orang Farisi melaporkan bahwa Herodes ingin membunuh Yesus (ayat 31). Kedua: Yesus memberi tahu kita bahwa ia rindu mengumpulkan Yerusalem di bawah sayapNya (ayat 34). Ketiga: Yerusalem digambarkan sebagai kota yang tidak ingin dikumpulkan (ayat 34). Selama masa Prapaskah ini, kita mungkin bertanya pada diri sendiri apa yang kita rindukan atau inginkan. Apakah kita ingin mengalami pelayanan Yesus atau menantang? Atau, apakah kita tergoda untuk menanggapi dengan kemarahan yang mematikan Seperti Herodes atau mungkin penolakan seperti Yerusalem? Apakah kita ingin menjadi seperti Yesus, untuk dapat menemukan belas kasihan bagi musuh-musuh kita, bahkan mereka yang ingin membunuh kita atau Membenci kita…..? Di dunia yang penuh kekerasan agama dan politik ini, apa artinya kita ingin agar musuh kita merasakan belas kasihan Yesus ? sebagaimana kita sendiri mengalaminya? Penolakan Yerusalem untuk dikumpulkan oleh Yesus bukan tanpa konsekuensi. Kota itu digambarkan sebagai kota yang ditinggalkan dan tidak dapat melihat Yesus sampai hari ketika mereka menerima “dia yang datang dalam nama Tuhan” (Mazmur 118:26). Meskipun banyak pengikut Yesus akan meneriakkan bagian yang sama ini ketika Yesus memasuki Yerusalem (Lukas 19:38), Yerusalem sendiri akan menjadi tempat kematian Yesus. Mereka yang menolak tawaran keselamatan, pembebasan, dan penyembuhan Yesus yang penuh belas kasihan, mendapati kota mereka ditolak, ditinggalkan, dan dibiarkan sendiri. Pada masa Prapaskah ini, saat kita merenungkan pelayanan dan penderitaan Yesus, kita juga harus ingat bahwa penolakan terhadap pelayanan-Nya datang dengan konsekuensi yang kita pilih sendiri. Kerinduan Yesus adalah untuk memiliki belas kasihan, tetapi kerinduan-Nya harus dipenuhi oleh kerinduan kita sendiri akan keselamatan, pembebasan, dan penyembuhan. Kita Tidak hanya sekedar diselamatkan, tetapi Allah juga mempunyai kerinduan bahwa setiap kita dapat menjadi berkat bagi sesama kita. Jadi kerinduan Yesus bagi kita adalah diselamatkan, dibebaskan,dan disembuhkan untuk menjadi berkat dimana pun kita berada.Amin.
Komentar Terbaru