Minggu, 30 Januari 2022 (Stola Putih)
Bacaan Alkitab : Mazmur 71:1-6
Tujuan : Agar seluruh kehidupan diserah- kan didalam pemeliharaan Tuhan
Seorang gadis yang baru saja diputuskan hubungan oleh kekasihnya merasakan kesedihan yang sangat dalam. Ia tidak bisa makan, bahkan tersenyum pun tidak. Suatu hari temannya menyarankan agar dia berdoa. Tapi gadis ini tertawa dan berkata, “Memangnya doa bisa membawanya kembali padaku?”. Namun setelah beberapa waktu gadis ini tidak tahu harus berbuat apa dan dia pun memutuskan untuk berdoa. Keesokan harinya saat bertemu dengan temannya, temannya pun bertanya, “Bagaimana keadaanmu? Sudahkah dia menghubungimu? Dan sudahkah kau berdoa?”. Gadis ini pun menjawab, “Tidak, dia belum menghubungiku, tapi aku sudah berdoa”. Temannya pun berkata, “Apakah kau kesal karena doamu tidak berhasil membawanya kembali padamu?”. Gadis ini tersenyum dan berkata, “Doaku memang tidak berhasil membawanya kembali padaku, tapi doaku berhasil membuatku tenang dan tidak mengharapkannya lagi! Mulai sekarang aku akan selalu berdoa tentang apapun masalah yang kuhadapi, supaya ketenangan dan kelegaan itu selalu ada padaku”.
Kitab Mazmur bacaan kita ini hendak menceritakan
bahwa sang pemazmur raja
Daud pernah mengalami pergumulan berat
bahkan
dalam masa tuanya.
Oleh
karena itu ia menuliskan mazmur ini
dengan tujuan agar umat
Allah dapat memakainya ketika mereka juga mengalami
pergumulan
atau kesesakan di masa tua.
Memang mazmur ini tidak menjelaskan secara terbuka pergumulan berat apa yang sedang dialami oleh raja Daud, namun jelas bahwa di masa tuanya raja Daud telah mendapat ancaman dari anaknya sendiri yakni Absalom, yang ingin menggulingkan pemerintahan ayahnya dengan cara yang kejam (2 Sam. 16).
Mazmur ini diawali dengan doa-doa yang penuh dengan keyakinan, bahwa Allah akan melepaskan dan menyelamatkan pemazmur, bahkan meluputkannya dari tangan orang fasik dan cengkeraman orang-orang lalim dan kejam. Pemazmur memohon agar Allah menjadi tempat perteduhan dan pertahanan yang kokoh baginya. Tujuan doa pemazmur sangat jelas yakni agar dia tidak mendapat malu dan lawan-lawannyalah yang mendapat malu karena Allah yang telah menjadi harapan dan kepercayaan sang pemazmur sejak masa mudanya. Pemazmur yakin bahwa dia tidak akan dipermalukan karena ketergantungannya kepada Allah dan peng- harapannya di dalam Dia. Keyakinan ini didasari oleh pengalamannya yang telah hidup bergaul dengan Allah sejak masa mudanya, bahwa Allah sendirilah yang telah menopang kehidupannya sejak dari kandungan. Dengan keyakinannya ini, pemazmur tidak membiarkan dirinya tenggelam dalam ketakutan, malah ia justru menaikkan pujian bagi Allah di tengah-tengah penderitaannya.
Melalui mazmur ini kita diajar untuk mengakui dan memuji karya kasih dan kesetiaan Allah dalam perjalanan kehidupan kita. Apapun yang kita alami atau dilakukan orang lain terhadap diri kita, kita akan terus percaya bahwa Allah sumber pertolongan kita sanggup meluputkan bahkan mempermalukan orang-orang yang membenci kita. Untuk itu kitapun harus terus mem- bangun hubungan yang erat dengan Allah agar kita dapat melihat, mengenal dan mengalami pertolonganNya bagi kita. Kesadaran akan pemeliharaan Allah yang penuh dengan kemurahan dan belas kasih, bahkan juga sejak kita masih berada dalam kandungan, harus mendorong kita untuk semakin mengasihi, menghormati dan berbakti hanya kepadaNya. Dia yang telah menjadi sumber pertolongan kita juga harus menjadi sumber pengharapan kita. Jika kita mengakui telah menerima banyak sekali belas kasihan Allah sebelum kita sendiri dapat berbuat apa-apa, maka seharusnya kita tidak menyia-nyiakan waktu untuk memuliakan Dia pada waktu kita telah mampu melakukannya.
Bila kita menghadapi kesukaran dan kesesakan atau tantangan dalam perjalanan hidup dan kehidupan kita, kita selalu punya alasan yang kuat untuk percaya dan berharap kepada Allah, yakni bahwa Allah sendiri yang telah memberi hidup dan kehidupan ini bagi kita dan Ia telah membawa kita ke dalam ikatan perjanjian kekal sebagai anak-anakNya melalui Tuhan kita Yesus Kristus. Ia yang tidak menyayangkan Anak-Nya sendiri, tetapi yang menyerahkan-Nya bagi kita semua, bagaimanakah mungkin Ia tidak mengaruniakan segala sesuatu kepada kita bersama-sama dengan Dia? (Roma 8:32). Ia tidak akan membiarkan, melalaikan, apalagi meninggalkan kita ketika kita tidak berdaya, melainkan akan terus menopang dan memelihara kehidupan kita saat kita berada dalam kesukaran dan kesesakan.
Kita telah berada dalam tahun yang baru tahun 2022, akan tetapi tantangan dalam menghadapi pandemi covid-19 bahkan mungkin tantangan terhadap persoalan pribadi, keluarga, dan persekutuan kita masih mewarnai perjalanan kehidupan kita. Untuk itu biarlah kita terus percaya dan berharap kepada Allah sumber pertolongan kita, sambil kita terus memuji dan memuliakan Allah, mengasihi, menghormati dan berbakti hanya kepadaNya.
Matius 6:33 meneguhkan
harapan dan
keyakinan kita: “Tetapi carilah dahulu Kerajaan
Allah dan kebenarannya,
maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu.” Terpujilah Tuhan
kita!
Amin.