Minggu, 6 Pebruari 2022 (Hut-GPIL -56) Stola Hijau
Bacaan Alkitab : Lukas 5:1-14
Tujuan : Agar semua warga GPIL dapat melakukan peran masing-masing, bukan hanya dengan kata-kata tapi lebih pada karya agar semua warga jemaat semakin bersemangat dan erat bersekutu.
Hari ini, kita selaku persekutuan orang-orang percaya di lingkungan pelayanan Gereja Protestan Indonesia Luwu (GPIL), merayakan Hari Ulang Tahun (HUT) gereja kita GPIL yang ke-56 tahun. Sebuah perjalanan panjang telah kita lewati bersama dalam suka dan duka. Ibarat sebuah kapal yang tentunya tak sepi dari hantaman ombak dan gelombang, tetapi puji Tuhan, Sang Nakhoda Agung yaitu Yesus Kristus – Kepala Gereja – senantiasa bersama gereja-Nya sehingga masih tetap berlayar sampai saat ini.
Hal mendasar yang patut kita
lakukan di hari yang penuh sukacita ini ialah kita mengucap syukur kepada DIA, Yesus Kristus, Sang Kepala Gereja kita.
Dia-lah
yang telah memimpin dan menuntun gereja-Nya sampai saat ini dan bahkan untuk seterusnya. Tak dapat dipungkiri, bahwa dalam jerih juang
kita
bersama; bahwa jatuh bangunnya kita
membangun persekutuan
gereja ini, toh selalu saja
ada campur tangan Ilahi.
Tak pernah sedetik pun Ia meninggalkan kita bahkan dalam waktu-
waktu tertentu ketika gereja
ini dihantam dengan ‘badai’ yang besar sekalipun. Hal ini
patut mendasari syukur kita di hari
ini. Selain
mengucap syukur,
kita juga
patut
menyatakan komitmen iman kita bahwa kita akan terus mengambil bagian dalam membesarkan gereja Tuhan dengan tujuan utama kita adalah nama Tuhan dipuji dan dimuliakan, sekaligus menjadi kesaksian bagi dunia ini.
Saudara-saudara…..
Ucapan syukur atas pemeliharaan Tuhan dalam sejarah perjalanan GPIL meyakini bahwa tuntunan Tuhan akan terus berlangsung bagi umat-Nya, sambil berkomitmen untuk memuliakan Tuhan lewat karya nyata. Firman Tuhan dalam Lukas 5 : 1-11 menjadi dasar untuk kita berefleksi tentang perjalanan bersama kita sebagai gereja. Perikop bacaan kita pada hari ini memaparkan aktivitas Tuhan Yesus di pantai danau Genesaret. Pada saat itu orang banyak mengerumuni Yesus hendak mendengarkan pengajaran-Nya. Yesus naik ke perahu milik Simon, kemudian menyuruh Simon menolakkan perahunya sedikit jauh dari pantai. Dari atas perahu Yesus duduk lalu mengajar orang banyak. Setelah selesai mengajar, Yesus menyuruh Simon menolakkan perahunya ke tempat yang dalam dan menebarkan jalanya untuk menangkap ikan (ay. 4). Sebagai seorang nelayan professional, simon sebenarnya mempunyai banyak alasan untuk menolak perintah Yesus, Sebab sepanjang malam itu mereka tidak mendapat ikan (ayat
5), padahal malam adalah waktu yang terbaik untuk menangkap ikan. Tetapi sekarang Yesus menyuruh mereka menjala ikan pada pagi/siang hari. Di samping itu, tempat yang dalam bukanlah tempat yang baik untuk menjala ikan, kecuali mereka mempunyai jala yang sangat besar/lebar, yang jelas tidak dipunyai oleh nelayan pada jaman itu.
Tetapi
untunglah perkataan
Simon tidak berhenti sampai di sini, Ia melanjutkan, “Tetapi karena Engkau
yang menyuruhnya, aku akan menebarkan jala juga.” Ketaatan Simon Petrus ini menyebabkan terjadinya suatu mujizat, yaitu mereka menangkap begitu banyak ikan, sehingga jala mulai koyak dan perahu hampir tenggelam karena dipenuhi ikan. Disini kita dapat melihat bahwa ketaatan Simon Petrus diikuti dengan tindakan nyata. Ia bukan hanya mendengarkan khotbah Tuhan Yesus yang disampaikan di atas perahunya, tetapi ia juga melaksanakan apa yang diperintahkan oleh Tuhan kepadanya. Seandainya Simon tidak menuruti perintah Yesus lewat tindakan nyata dengan bertolak ke tempat dalam dan menyebarkan jala, maka ia tidak akan pernah mendapatkan pengalaman baru yang akan mengubah seluruh hidupnya. Ketaatan Simon kepada perintah Yesus untuk bertolak ke tempat yang lebih dalam membutuhkan kerendahan hati yang luar biasa. Ketika Simon taat, ia mendapat pengalaman yang merubah seluruh perjalanan hidupnya. Ketaatan Simon Petrus ini dapat menjadi teladan bagi kita, selaku Gereja-Nya.
Saudara-saudara….
Hari ini tanggal
6 Februari 2022, GPIL merayakan HUT ke 56. Kita bersyukur, kita
memuji Allah yang Pengasih. Jhon F Kenedy, seorang mantan presiden Amerika Serikat, pernah berkata,
“Jangan tanyakan apa yang negara
berikan kepadamu, tapi tanyakan apa yang
kamu berikan kepada
negaramu” Kalau perkataan ini ditanyakan kepada kita selaku warga GPIL,
“Apakah
yang sudah
kita berikan
atau
perbuat bagi GPIL
di
usianya yang ke 56 tahun
ini? Seringkali dalam
perjalanan kita selaku Gereja
Tuhan, dijumpai riak-riak
dimana terdapat orang-orang yang sukanya menuntut apa yang gereja dapat
lakukan untuk
dirinya. Kondisi
ini tidak jarang menimbulkan perselisihan dan perpecahan
dalam jemaat, apalagi jika tuntutan tersebut didasarkan pada motif mencari pujian diri sendiri dan untuk kepentingan diri (kelompok). Padahal Tuhan Yesus dalam Yohanes 13 : 34 telah memberikan perintah baru kepada kita “supaya kita saling mengasihi; sama seperti Yesus telah mengasihi kita”, dan untuk itu Ia telah berdoa bagi kita, “agar supaya kita semua menjadi satu, sama seperti Yesus dan Bapa adalah satu, supaya dunia percaya Bapalah yang mengutus Yesus” (Bdk. Yoh.
17:21). Karena itu
Firman Tuhan hari ini menginggatkan
kita
untuk taat melaksanakan
perintah Tuhan itu dengan kerendahan hati, bukan hanya dengan kata-kata, tetapi juga lewat tindakan nyata, sehingga
kita dapat menjadi berkat
bukan saja bagi orang-orang yang ada dalam
persekutuan kita, tetapi juga bagi orang lain
dan bagi dunia, serta kita dapat mewujudkan salah satu
visi
GPIL yaitu menjadi Gereja yang erat bersekutu.
Kiranya Roh Kudus memampukan
kita
untuk taat melaksanakan perintah Tuhan
lewat tindakan nyata kita demi hormat kemuliaan Tuhan. Amin