Diberkatilah orang yang mengandalkan Tuhan (Yeremia 17 : 5-10)

Khotbah Minggu, 16 Februari 2025 (Stola Hijau)

Tujuan : Agar Warga Jemaat Sungguh-sungguh Mengandalkan Tuhan dan Hidupnya Diberkati.

Saudara-saudara yang dikasih Tuhan,
Siapakah yang pertama kali muncul dibenak kita saat kita mengalami situasi yang sulit? Ini bisa menjadi alat untuk mengetahui siapa yang menjadi andalan pertama kita.
Pada situasi ini kita sering kali dihadapkan pada pilihan-pilihan yang menentukan: apakah kita akan menaruh kepercayaan kita pada kekuatan manusia, atau apakah kita akan bergantung sepenuhnya kepada Tuhan? Tapi seringkali ketika seseorang sudah datang pada alamat yang tepat pada awalnya, tetapi karena belum melihat perubahan yang signifikan, akhirnya beralih ke tempat yang lain. Firman ini mengingatkan kita tentang konsekuensi dari pilihan tersebut, dan bagaimana kondisi hati kita berpengaruh pada hubungan kita dengan Tuhan.
Saudara-saudara yang dikasih Tuhan,
Nabi Yeremia, Sang Nabi “ Peratap” dipanggil Tuhan untuk menyampaikan berita penghukuman kepada bangsa Yehuda, karena perzinahan rohani yang terus menerus mereka lakukan ( Ay. 1-2). Yehuda sebagai umat pilihan, malahan mengandalkan ilah-ilah dari bangsa-bangsa disekitarnya dan hal ini adalah kekejian di mata Tuhan. Ada beberapa catatan yang dapat kita lihat dari perikop kita saat ini yaitu :

  1. Arti Mengandalkan
    Dalam bahasa Ibrani kata yang digunakan untuk “mengandalkan” adalah “ batach =batah” yang berarti bersandar, “mempercayai, berharap”. Mempercayai dan berharap di sini bukan sekadar tahu dan yakin, melainkan merupakan penyerahan diri atau ketergantungan secara total.
  2. Kutukan Bagi Orang yang Mengandalkan Manusia (Yeremia 17:5-6)
    Ayat 5 berkata, “Terkutuklah orang yang mengandalkan manusia, yang mengandalkan kekuatannya sendiri, dan yang hatinya menjauh dari pada TUHAN!” Tuhan memberikan peringatan keras bagi mereka yang mengandalkan kekuatan sendiri atau manusia lainnya. Arti dari ayat 5 ini adalah :
    Mengandalkan manusia : seperti bersandar pada tongkat bambu yang patah terkulai, tidak hanya mengecewakan tetapi juga dapat menusuk orang yang bertopang apa adanya. Mengandalkan diri sendiri : Seperti mengandalkan tangan untuk bekerja, padahal tangan itu kotor dan penuh dosa. Hati Menjauh dari Tuhan: di mulut mempercayai Tuhan, tetapi hatinya merendahkan Tuhan dan menolak bersekutu dengan Tuhan.
    Orang-orang yang demikian dikatakan “ terkutuk (bahasa Ibrani : Arur, Arar). Jadi Arti “ terkutuk” “ Jijik” (= Tuhan jijik melihat). Akibat Orang yang mengandalkan manusia diibaratkan seperti semak di padang belantara, yang tidak akan melihat hal-hal baik datang. Semak di padang belantara menggambarkan kehidupan yang kering, penuh kesulitan, keadaan tak berdaya, tak berguna, tak berharga, tanpa sukacita dan berkat. Ketika kita memilih untuk menaruh kepercayaan kita pada kemampuan manusia, baik itu kemampuan kita sendiri atau orang lain, kita sebenarnya menjauhkan diri dari Tuhan. Hasilnya adalah hidup yang tidak berbuah dan penuh dengan kegagalan, karena manusia adalah terbatas dan rentan. Inilah kondisi “ terkutuk” yaitu sengsara.
    Aplikasi: Di mana kita menaruh kepercayaan kita? Apakah kita lebih mengandalkan kekuatan, koneksi, atau kecerdasan kita sendiri daripada bergantung pada Tuhan? Ketika kita mengandalkan diri sendiri, kita sering kali mengalami kekosongan spiritual dan kekecewaan, karena kita tidak bisa memenuhi kebutuhan kita yang terdalam tanpa Tuhan.
  3. Berkat Bagi Orang yang Percaya kepada Tuhan (Yeremia 17:7-8)
    Sebaliknya, ayat 7 menyatakan, “Diberkatilah orang yang mengandalkan TUHAN, yang menaruh harapannya (TB edisi 2: yang mempercayakan dirinya) pada TUHAN!” Orang yang percaya dan mengandalkan Tuhan dibandingkan dengan pohon yang ditanam di tepi air. Pohon ini akarnya kuat, tidak takut panas, dan selalu hijau, bahkan di musim kering. Pohon yang berakar dalam pada Tuhan tidak terganggu oleh kondisi eksternal atau tidak bergantung dari kondisi yang terjadiIa terpuaskan dan selalu merasa “cukup” sehingga tidak dikuasai kekuatiran; ia terus berbuah bagi kemuliaan Allah, dan mengalami berkat, memberi keberuntungan bagi orang lain dan manfaat bagi dirinya sendiri karena akarnya terhubung dengan sumber kehidupan.
    Percaya kepada Tuhan bukan berarti tidak akan ada kesulitan, tetapi artinya kita memiliki sumber kekuatan dan damai sejahtera yang tidak tergantung pada keadaan di sekitar kita. Ketika badai datang, orang yang mengandalkan Tuhan tetap kuat karena harapan mereka bukan pada dunia, melainkan pada Tuhan yang Mahakuasa.
    Aplikasi: Apakah kita seperti pohon yang berakar dalam pada Tuhan? Apakah kita mencari kekuatan dan bimbingan dari-Nya setiap hari? Orang yang mengandalkan Tuhan akan mengalami ketenangan di tengah badai hidup karena mereka tahu bahwa Tuhan yang mereka percayai tidak pernah gagal.
  4. Hati Manusia yang Menipu (Yeremia 17:9-10)
    Ayat 9 mengingatkan kita bahwa “Hati adalah licik, lebih licik dari pada segala sesuatu, hatinya sudah membatu: siapakah yang dapat mengetahuinya?” Manusia sering kali tidak menyadari kelemahan dan dosa yang tersembunyi di dalam hati. Kita mungkin berpikir kita baik-baik saja, atau merasa mampu menangani kehidupan tanpa Tuhan, tetapi hati kita sering kali menipu kita. Hanya Tuhan yang benar-benar tahu isi hati kita, karena Dia adalah Tuhan yang menguji hati dan batin.
    Oleh karena itu, kita harus berhati-hati agar tidak mengandalkan perasaan atau logika kita sendiri, karena hati kita bisa menyesatkan. Kita membutuhkan firman Tuhan dan pimpinan-Nya untuk menuntun hidup kita dengan benar.
    Aplikasi: Apakah kita terbuka kepada Tuhan untuk menguji dan mengubah hati kita yang sering kali licik dan menipu? Kita harus berdoa agar Tuhan menyelidiki hati kita dan memurnikan motivasi kita, sehingga kita hidup dalam kebenaran-Nya, bukan dalam kebohongan yang diciptakan oleh hati kita sendiri, Meski mungkin kitaakan dibenci orang lain.
    Saudara-saudara yang dikasih Tuhan,
    Jika kita diberi kesempatan memilih antara berkat atau kutuk, tentu kita cenderung memilih berkat. Namun prasyarat memperoleh berkat, yakni berani berprinsip sesuai Firman dan berani tampil beda meski akan dibenci orang lain, belum tentu dapt kita tanggung. Padahal jalan Tuhan sekalipun mustahil, tapi konsekuensi jangka pangjangnya membawa berkat, kekuatan, dan kemampuan menghadapi tantangan dan pergumulan.
    Mari kita izinkan Allah untuk menyelidiki dan mengoreksi hati kita. Jangan sampai dosa menguasai kehidupan kita. Mari kita terus hidup mengandalkan dan berharap hanya kepada Allah. Karena Tuhan menjanjikan berkat dan damai sejahtera bagi mereka yang percaya kepada-Nya dan mengandalkan-Nya dalam segala situasi. DIBERKATILAH ORANG MENGANDALKAN TUHAN. Amin.