Minggu, 14 Agustus 2022 (Stola Hijau)
Bacaan Alkitab : Ibrani 11:29-12:2
Tujuan : Setiap jemaat memahami iman dalam Yesus iman yang menye- lamatkan
Saudara-saudara sepengharapan
Kehidupan orang percaya diibaratkan oleh penulis surat Ibrani, seumpama orang sejak lahir sampai kesudahannya berada dalam gelanggang perlombaan, dimana orang percaya membutuhkan perjuangan untuk menang (menunjuk pada hidup bersama Allah di surga Fil.3:12-16)—nasehat ini lahir atas pergumulan yang dihadapi jemaat Tuhan generasi kedua, yang mengalami tidak hanya penganiayaan tetapi juga dimana diantara mereka ternyata telah ada yang mengalami kelesuan iman dan jauh dari persekutuan dikarenakan ketidaksabaran dalam menantikan kedatangan Tuhan.
Bagi penulis Ibrani, iman adalah sinar yang membuka penglihatan dan pemahaman atas sesuatu yang tak mampu dilihat dengan mata inderawi (11;1). Iman bukan sekedar perasaan yang sebentar timbul lalu tenggelam. Menurut kitab Ibrani, iman justru membuahkan kesetiaan, ketekunan dan pengharapan dalam menghadapi kehidupan yang serba gonjang-ganjing. Dengan iman, pengharapan yang terletak di depan kita terjangkau (Ibrani 6:18), bukan sesuatu yang mustahil diraih atau diwujudkan. Dan pengharapan itu sendiri adalah sauh yang kuat dan aman bagi jiwa kita, tempat Yesus Kristus telah masuk sebagai Perintis dan Imam Besar selamanya (6:19).
Secara utuh surat Ibrani merupakan khotbah ajaran tentang keutamaan Kristus dan pengharapan apa yang dimiliki di dalam Kristus yang membedakan iman Kristiani itu dengan agama lain (Yahudi pun Yunani). Surat ini umumnya dipahami ditujukan kepada orang Kristen yang mengalami tekanan dan juga yang tengah mengalami kelesuan (enggan lagi bersekutu) Secara khusus dalam bacaan saat ini menganjurkan kepada para pembacanya supaya tetap menjaga iman kepada Tuhan Yesus serta setia sampai akhir. Peng- alaman dari tokoh-tokoh Alkitab yang diceritakan di sini memang bermacam-macam. Ada yang “melintasi laut merah,” ada yang melihat runtuhnya “tembok-tembok Yerikho,” ada juga yang memadamkan api yang dahsyat,” dan ada yang “digergaji”, bahkan ada yang menderita sengsara. Sebagai contoh dalam bacaan kita Rahab yang dipandang sebagai wanita berdosa siap menerima resiko ketika ia menyembunyikan para pengintai dari Israel (ay. 31). Perbuatannya dipandang baik oleh Allah sehingga Rahab diselamatkan, sedangkan kota Yerikho dihancurkan dan penduduknya dibinasakan. Di sini Rahab berani keluar dari zona nyaman sehingga Rahab mendapatkan kebaikan yang lebih besar. Tetapi semua yang diceritakan memiliki suatu unsur yang tetap, yaitu iman. Iman adalah pandangan hidup yang benar. Begitu juga dengan penyebutan tokoh Perjanjian Lama (ay. 32), yakni Gideon, Barak, Simson, Yefta, Daud dan Samuel serta para nabi memperjelas tujuan tentang hidup dalam kesetiaan. Persis yang dilakukan oleh tokoh-tokoh yang sangat dikenal oleh pembaca surat Ibrani bahkan kita semua. Betapa keyakinan iman yang kuat akan Tuhan Allah dalam hidup membawa mereka dikenang sebagai teladan orang setia dan kuat iman. Hidup beriman memungkinkan mereka bertindak semacam itu,
yaitu tindakan penuh keberanian, keperkasaan, semangat atau ketabahan. Dan pengalaman semacam inilah yang harus bisa ditanggung oleh semua orang yang hidup oleh iman.
Penulis Ibrani ingin mengajak kita semua untuk meninggalkan beban dan dosa yang dapat merintangi pertumbuhan iman seorang yang percaya. Orang Kristen seharusnya berlomba-lomba untuk pertumbuhan iman- nya. Seperti seorang atlit yang sedang bertanding, yang selalu siap menghadapi setiap rintangan yang ada di depannya, serta berfokus untuk menyelesaikan pertandingan tersebut. Tidak sedikit orang Kristen yang hanya terdaftar beragama Kristen tapi tidak hidup sebagai orang Kristen. Seorang yang ingin menang dalam sebuah perlombaan haruslah memiliki disiplin untuk melatih diri, latihan itu kita peroleh lewat disiplin mendekatkan diri dengan Tuhan lewat kehidupan doa, firman dan melakukan Firman-Nya dengan tak jemu-jemu. Sebab hanya dengan cara itu Iman akan semakin kuat. Ketekunan iman adalah hal yang senantiasa harus dibangun karena kehidupan Kristen tidak berakhir dengan dibaptis, di sidi, atau pada waktu memegang jabatan gerejawi. Injil Matius 24:13, mengatakan: “siapa yang bertekun sampai akhir, dialah yang akan diselamatkan”. Jalan tidak selalu mudah, namun siapa yang setia sampai akhir dialah yang memperoleh kebahagiaan kekal yang menjadi tujuan iman kita semua. Amin.