
Khotbah Minggu, 9 Maret 2025 (Minggu Sengsara II) (Stola Ungu)
Tujuan : Agar jemaat memahami bahwa Allah bukan Pribadi yang dapat diperlakukan sama dengan kualitas manusia.
Berpuasa selama 40 hari lamanya itu bukan waktu yang singkat untuk menahan lapar. Kemampuan manusia menahan lapar yaitu paling lama Satu minggu. Bisa lebih namun akan mengakibatkan penderitaan dan gangguan pada tubuh bahkan meninggal dunia.
Setelah berpuasa selama Empat Puluh hari, tak ada yang lebih menarik selain makanan. Bisa saja akan dimaklumi ketika Yesus melakukan perintah iblis. Namun dengan mendalami pertanyaan iblis “Jika Engkau Anak Allah, suruhlah batu ini menjadi roti”, sesungguhnya merupakan godaan agar Yesus bertindak demi diri-Nya sendiri, dan lepas dari ketergantungan kepada Bapa. Jelas ini merupakan bentuk tantangan iman. Maka jawaban Yesus Manusia hidup bukan dari roti saja”. Jawaban Yesus mengajarkan bahwa manusia hidup karena kebaikan Allah yang memelihara dan memenuhi kebutuhan manusia. Maka hidup berarti bergantung penuh pada Allah meski situasi tidak menjanjikan apapun secara pasti dalam konsep manusia. Sebab orang percaya mengkonsentrasikan imannya yang pasti yaitu hanya pada Tuhan.
Pencobaan kedua merupakan tawaran untuk menggapai kuasa. Namun tawaran itu tidak gratis karena Iblis menuntut imbalan agar Yesus menyembah dia. Padahal jelas, Iblis tak layak disembah dan tidak memiliki kuasa sedemikian besar untuk ditawarkan kepada Yesus. Namun kedewasaan iman Yesus menegaskan bahwa hanya Allah saja yang patut disembah. Satu sikap tegas yang diperlihatkan oleh Yesus yang semakin memberi reaksi bagi gereja untuk fokus pada keagungan Allah. Pencobaan ketiga merupakan godaan untuk menguji perlindungan Allah karena itu berarti meragukan kesetiaan Allah. Yesus tetap berkomitmen untuk tidak meragukan kemampuan Allah akan perlindungan. Justru Ia dengan terang-terangan menegur sikap iblis yang berupaya mencobai Tuhan. Pada akhirnya Iblis pun gagal.
Kunci kemenangan Yesus adalah mengikuti pimpinan Allah kemanapun Allah mengarahkan Dia. Ini pelajaran penting karena kita pun akan mengalami saat-saat kritis dalam perjalanan iman kita yang memungkinkan kita mempertanyakan kebaikan dan kesetiaan Allah.
Kita akan bermasalah dengan krisis eknomi, yang kadang akan membawa godaan untuk membenarkan sikap apatis atau sikap acuh tak acuh akan kehendak Tuhan. Oleh sebab itu, agar iman tidak lemah, maka berpeganglah pada firman Allah dan percaya penuh pada-Nya apapun situasi yang kita hadapi.
Kadang sebagai manusia kita mencondongkan diri untuk dihargai, dihormati dan dijunjung tinggi. Orang lain pun merasa tertekan dengan otoritas kita. Dalam gereja kadang terjadi demikian. Namun sebagai gereja harus bertumbuh secara benar, kokoh dalam Kristus. Amin
Komentar Terbaru