Minggu, 11 Juni (Stola Hijau)
Tujuan : agar setiap keluarga Kristen meng- enal Allah dalam pertobatan
Sidang jemaat yang dikasihi Tuhan Yesus,
Untuk bisa mengenal seseorang ataupun sekian banyak orang, maka yang pertama-tama kita lakukan adalah menjalin komunikasi dengan mereka. Bagi pengguna media sosial, rupanya mencari dan mendapatkan sebanyak mungkin teman, bukanlah hal yang sulit. Hanya dengan mengirimkan permintaan pertemanan kepada sekian banyak orang melalui akun Faceebook (FB), maka kita akan terhubung dengan mereka ketika mereka menerima permintaan kita. Kita akan semakin mengenal seseorang apabila komunikasi semakin intens dilakukan, apalagi kalau punya nomor kontaknya, kita akan semakin sering terhubung melalui Handphone (HP) ataupun melalui WhatsApp (WA). Bahkan, banyak pasangan suami-istri yang awalnya bertemu melalui media sosial, dan akhirnya berlanjut sampai kepada hubungan yang serius, dan akhirnya menikah. Jadi yang jelasnya, untuk mengenal seseorang diawali dengan upaya mencari, menemukan, dan terus menjalin hubungan komitmen yang dekat, akrab, intens dengan orang tersebut.
Bacaan kita hari ini dari Kitab Hosea, merupakan kitab dalam Perjanjian Lama yang ditulis oleh Hosea. Hosea adalah seorang Nabi yang menjadi saksi sebuah kemakmuran di masa Yerobeam II (793-753 SM). Hal yang menarik dari kitab Hosea ini adalah Hosea tidak hanya menyampaikan pesan Allah dengan nubuatan saja, tetapi ia melakukan sebuah tindakan simbolik yang bertujuan melengkapi pesan-pesan nubuatannya. Pernikahannya dengan wanita sundal bernama Gomer menjadi simbolik hubungan bangsa Israel saat itu dengan Allah.
Hosea diutus oleh Allah untuk menyampaikan sebuah pertobatan sebelum negeri itu binasa. Salah satu seruan yang disampaikan terdapat di dalam bacaan kita saat ini (ay. 3). Pertanyaannya, mengapa Hosea mengajak orang Israel untuk mengenal Allah dengan sungguh-sungguh?
Hosea yang namanya berarti keselamatan, diperkenalkan sebagai putra Beeri (Hos. 1:1). Hosea mulai melayani pada masa pemerintahan Yerobeam II, pada masa itu bangsa Israel berada dalam masa kemakmuran dan dipulihkan. Akan tetapi, sangat disayangkan bahwa dikemudian hari mereka mulai meninggalkan Tuhan.
Mereka mengingat Tuhan disaat-saat sulit, sebaliknya jika mereka dalam keadaan baik, mereka cenderung merasa puas dan melupakan Tuhan. Bukankah fenomena seperti ini acapkali juga terjadi dalam kehidupan kita bukan? Menurut Hosea, bangsa Israel belum mengenal Allah dengan sungguh-sungguh. Lalu, apakah benar demikian? Bukankah sudah banyak peristiwa luar biasa yang mereka alami bersama Tuhan? Lalu apa maksud dari Nabi Hosea mengajak umat untuk mengenal dan berusaha sungguh-sungguh mengenal Tuhan? Mengetahui dan mengenal adalah 2 buah kata kerja yang memiliki arti yang berbeda. Contoh konkrit, kita mengetahui kalau orang nomor satu di Indonesia sekarang ini adalah Bapak Joko Widodo. Kita bisa mengetahui identitas beliau dengan mencari dan menemukannya melalui sosial media, melalui layar televisi, ataupun dengan membaca buku. Tetapi kita belum pernah bertemu langsung dengan beliau, dan kalaupun kita bertemu langsung dengan beliau, bertatap muka, belum tentu beliau tahu kalau selama ini kita banyak tahu tentang beliau, hanya dengan melakukan komunikasi dua arah antara kita dan bapak Jokowi, maka beliau pun akan tahu bahkan mengenal siapa kita, karena adanya hubungan komunikasi yang lebih dekat, akrab dan intens. Dan itulah yang mau dikatakan oleh Nabi Hosea melalui pembacaan kita saat ini, bagaimana seharusnya umat Allah mengenal Allah dengan sungguh- sungguh. Bukan sekedar tahu seperti halnya mengetahui siapa bapak presiden kita, tetapi lebih daripada itu.
Mengenal Allah adalah sebuah pengenalan yang dalam, karena akibat dari umat yang tidak mengenal Allah adalah kebinasaan (Hosea 4:6). Hal ini menunjukkan bahwa pengenalan akan Allah adalah sesuatu yang mutlak harus dibangun oleh setiap orang percaya. Karena sesungguhnya dipasal-pasal sebelumnya telah dipaparkan bagaimana keberadaan umat Israel yang meninggalkan Allah dan pergi kepada baal. Israel digambarkan sebagai istri yang meninggalkan suaminya atau digambarkan melalui nama anak Hosea yakni Lo- Ruhama (aku tidak menyayangi lagi) dan Lo-Ami (kamu bukan umat-Ku lagi dan Aku bukan Allahmu). Namun kasih Tuhan mengubah semuanya itu dalam pasal 2 ayat 1.
Tuhan akan memanggil kembali umat-Nya dan meninggalkan baal (2:15-16) Ia akan membaharui janji pernikahannya dan menuliskan serta memberkati mereka. Ia sungguh setia, karena itu ia akan mengubah hukuman- Nya menjadi penyelamat bagi umat-Nya. Ia menyayangi umat-Nya, sehingga Israel menyembah Allah dan bukan lagi baal.Begitu besarnya kasih Allah kepada umat-Nya, Dia mau agar umat-Nya kembali kepada-Nya, mengaku bersalah dan mencari wajah-Nya. Seruan itulah yang disampaikan oleh Nabi Hosea kepada umat, agar mereka berbalik kepada Tuhan, sebab Dialah yang telah menerkam dan yang akan menyembuhkan, Dia yang memukul dan yang akan membalut, Dia yang akan menghidupkan dan membangkitkan mereka, dan mereka akan hidup di hadapan-Nya (ay. 1-2). Dengan demikian, setiap orang, setiap keluarga memperoleh kesempatan yang sama. Untuk mengalami perjumpaan dengan Allah dan berusaha dengan sungguh mengenal Allah. Berusaha dengan sungguh dapat berarti berlari, mengejar bahkan menggerakkan seluruh kekuatan dengan penuh ketekunan, pantang menyerah, karena yang jelas setiap tantangan, hambatan, bahkan cobaan akan selalu hadir dalam hidup kita dan semakin meneguhkan keyakinan kita kepada-Nya, serta menghantar kita untuk lebih dekat, akrab dan mengalami hubungan yang lebih dalam dengan-Nya. Dengan demikian, kata Hosea, setiap orang yang dengan sungguh-sungguh, berusaha, mencari, menemukan dan mengalami perjumpaan dengan Allah akan sungguh-sungguh mengenal bahkan dikatakan; “Ia (Allah) pasti muncul seperti fajar” hal ini melambangkan bahwa Allah akan memberi kehidupan yang baru, kekuatan serta harapan yang baru kepada mereka yang sungguh-sungguh datang kepada-Nya.
Tuhan akan membangkitkan kembali umat-Nya, di negeri mereka, sehingga semuanya dikembalikan seperti semula, yakni Allah menyayangi umat-Nya dan memanggil mereka kembali serta membaharui kehidupan mereka. “Ia (Allah) akan datang seperti hujan pada akhir musim yang mengairi bumi” (ay. 3) itu berarti bahwa Allah akan datang mencurahkan berkat-Nya, memulihkan dan memberkati mereka serta mengaruniakan kesejahteraan kepada mereka.
Semua itu akan dialami oleh setiap umat, baik dalam kehidupan pribadi, dalam kehidupan keluarga bahkan dalam kehidupan persekutuan, apabila dengan sungguh mau berbalik dari jalan kita yang salah dan kembali kepada-Nya untuk mencari, menemukan, dan mengenal dia dengan sungguh-sungguh, seperti halnya Firman Tuhan yang disampaikan oleh Nabi Yesaya di dalam Yesaya 55:6 “carilah Tuhan selama Ia berkenan ditemui, berserulah kepada-Nya selama Ia dekat”. Jika demikian halnya, maka janji-Nya akan dialami oleh setiap orang, setiap keluarga yang sungguh menyerahkan segenap hidupnya kepada Allah, untuk lebih dalam mengenal Dia, mengenal Firman dan kehendak-Nya, serta setia dan taat untuk melakukan perintah-Nya. Pertanyaannya, apakah kita sudah melakukan hal ini?
Marilah dan biarlah setiap orang yang mendengar panggilan dan seruan itu, membuka hati bagi-Nya untuk menerima, mencari dan mengenal Dia lebih sungguh, mengasihi Dia dan menjadikan Dia sebagai satu-satunya Tuhan dan penyelamat hidup kita sekarang, bahkan selama-lamanya. Roh Kudus menolong dan memampukan kita menjawab panggilan ini dihadapan- Nya. Amin.