Minggu, 29 Mei 2022 (Stola Putih)
Bacaan Alkitab : Yohanes 17:20-26
Tujuan : Gereja dipanggil untuk bersatu, dan erat dalam persekutuan.
Kesatuan adalah tema penting dalam kehidupan persekutuan orang percaya. Sebab tanpa sebuah kesatuan maka orang percaya bukan saja tidak dapat memenuhi panggilan imannya dalam dunia ini, orang percaya dapat terpecah belah dalam persekutuannya. Sebab kesatuan adalah kekuatan dari kehidupan orang percaya di tengah- tengah dunia yang menekan dan mengancam kehidupan iman. Pertama sekali akses kesatuan telah dibuka oleh pemilik-Nya, yaitu Yesus Kristus yang berinkarnasi di dalam Kristus agar orang percaya dapat masuk di dalam- Nya. Kristus menjadi tempat kesatuan bagi orang percaya, yang memampukan orang percaya menghadir- kan tanda Kerajaan Allah di dunia ini.
Injil Yohanes yang kita baca saat ini merupakan satu keutuhan dari Doa Tuhan Yesus. Doa Tuhan Yesus yang panjang ini dapat dibagi dalam tiga bagian : (a) bagian pertama (1- 8) merupakan Doa Tuhan Yesus tentang pribadiNya, (b) bagian kedua (10-19) adalah Doa Tuhan Yesus mengenai murid-muridNya. Yesus mendoakan murid-muridNya agar mereka tetap memiliki semangat memberitakan Injil. (c) bagian ketiga (bacaan kita, 20-26) adalah Doa Tuhan Yesus mengenai orang-orang percaya. Orang percaya adalah orang yang telah menerima Injil, melalui pemberitaan murid-murid Yesus. Yesus berdoa bagi orang-orang percaya ini, supaya mereka semua menjadi satu’. Doa ini diucapkan Tuhan Yesus di depan murid-muridNya sebagai penutup dari Sabda perpisahan Yesus dengan mereka. Doa yang diucapkan Tuhan Yesus ini bertolak dari konteks keragaman murid-murid. Tuhan Yesus sangat menyadari bahwa keanekaragaman latarbelakang dan karakter para murid, merupakan potensi yang bisa menjadi sangat rentan menimbulkan perpecahan diantara sesama murid. Para murid dipanggil oleh Yesus denga latarbelakang berbeda dan juga pada saat yang berbeda. Tuhan Yesus juga menyadari bahwa para murid akan akan berhadapan dengan berbagai kesulitan dunia. Terlebih lagi, bahwa dalam waktu dekat, Tuhan Yesus tidak akan bersama- sama dengan murid-murid-Nya. Dalam arti, tidak akan hadir secara fisik.
Dalam doa Tuhan Yesus ini, ia menaikkan tema tentang kesatuan para murid dan orang-orang percaya “supaya mereka semua menjadi satu” (Ut Omnes Unum Sint : terkenal sebagai semboyan persatuan gereja dalam lingkungan Kristen di seluruh dunia). Di dalam doa tersebut ada banyak hal yang perlu untuk dipelajari tentang apa arti kesatuan. Kata “menjadi satu” diungkapkan empat kali dalam Injil Yohanes pasal 17, yaitu ayat 11, 21, 22 dan 23. Kesatuan yang di maksud Tuhan Yesus bukanlah kesatuan yang sedang diusahakan melainkan kesatuan yang harus dipertahankan terus menerus sampai kemudian menjadi sempurna. Ini adalah tindakan yang aktif, berkesinambungan secara terus – menerus untuk menyempurnakan kesatuan. Melalui Doa Tuhan Yesus ini, betapa pentingnya orang-orang percaya untuk hidup menjadi satu. Semua hidup di dalam Kristus. Hidup dalam kerendahan hati dan ketaatan kita kepada Kristus. Dalam kesatuan yang demikian itulah kita dimampukan memberitakan Injil. Kita, orang-orang percaya menjadi saksi-saksi untuk menyampaikan Kabar Baik, supaya dunia menjadi percaya.
Yang menjadi pertanyaan, sebagai gereja apa yag dapat kita renungkan dari Doa Yesus tersebut, bukankah dalam kehidupan bergereja sering terjadi perbedaan yang berakhir dengan perpecahan. Dalam keadaan tersebut doa Tuhan Yesus menjadi doa pastoral yang sangat kuat, “Sama seperti Engkau ya Bapa, di dalam Aku dan Aku di dalam Engkau” dan “sama seperti Kita adalah satu” (ay.22). Kesatuan Gereja yang dimaksud disini bukanlah kesatuan organisatoris, tetapi kesatuan hubungan persekutuan yang intim yang di dalamnya ada kasih, kesetiaaan, dan ketaatan kepada Tuhan dan firman-Nya. Kesatuan dan keesaan itu akan nampak bila ada hubungan kasih di antara orang-orang percaya dan hubungan kesetiaan/ketaatan kepada Tuhan. Gereja pun seharusnya menjadi komunitas yang saling menerima, karena telah menerima Yesus Kristus. Sebagai gereja kita mengalami bahwa kita hanya bisa menjadi satu justru sebagai karya dan Doa Yesus. Sebagai gereja kita pun harus menjadi pelopor persekutuan dan kesatuan. Hal ini dapat dimungkinkan apabila kita sendiri sebagai gereja dapat mengkongkritkan keesaan itu yang dimulai dari diri kita sendiri atau gereja kita. keanekaragaman di dalam gereja bukanlah alasan untuk tidak memiliki tekad menuju kesatuan umat. Unity in Diversity (kesatuan dalam keanekaragaman) itulah yang menjadi spirit umat Tuhan. Di dalam kesatuan tersebut gereja akan memuliakan Allah di dalam kebenaran firman Tuhan.
Mengenai kesatuan ini kita bisa meneladani sikap gereja mula-mula. Lihatlah bagaimana kebersatuan mereka yang begitu indah. “Mereka bertekun dalam pengajaran rasul-rasul dan dalam persekutuan. Dan mereka selalu berkumpul untuk memecahkan roti dan berdoa.” (Kisah Para Rasul 2:42). Dalam kebersatuan dan ketaatan pun mereka kemudian diberkati Tuhan dengan hadirnya banyak mukjizat dan tanda (ay 43). Hendaklah kita selalu ingat bahwa dimanapun kita bergereja, kita semua adalah bagian dari tubuh Kristus, yang seharusnya saling mengisi.Alangkah indahnya jika kita bisa menyampingkan berbagai perbedaan yang berpotensi menjadi celah bagi iblis untuk memecah belah kita, lalu saling dukung untuk bertumbuh bersama-sama. Tidak boleh ada toleransi terhadap perpecahan, apapun alasannya di antara sesama tubuh gereja sendiri. Kesatuan kita sebagai orang percaya tidak boleh disatukan oleh keinginan, rencana dan pikiran kita secara duniawi. Tetapi karena “aku satu dengan Allah, aku di dalam Allah dan Allah di dalam aku”. Itulah yang membentuk kesatuan kita sebagai umat yang percaya kepada Yesus Kristus. Karena kita masing-masing satu dengan Allah, maka kita juga adalah satu (satu dalam tubuh Kristus). Amin