Selasa, 17 Agustus 2021 (Stola Hijau)
Bacaan Alkitab : Yeremia 29 : 1 – 9
Tujuan : Agar jemaat termotivasi berperan aktif bagi kesejahteraan bangsa.
Menikmati kesejahteraan tentu merupakan keinginan dan harapan setiap orang, selaku pribadi, keluarga, masyarakat di setiap kota/kabupaten, provinsi hingga kehidupan suatu bangsa. Ukuran kesejahteran bukan dilihat dari banyaknya kekayaan materi, melainkan juga keamanan dan kenyamanan jiwa/rohani. Makanya sejahtera tidak lepas dari suasana hati yang tenang dan damai untuk melengkapinya menjadi “Damai Sejatera”. Namun keinginan dan harapan tersebut hanya akan menjadi impian saja jika tidak ada upaya untuk mewujudkannya. Ya, kesejahteraan harus diupayakan dengan usaha dan kerja keras serta didukung oleh doa penyerahan yang sungguh kepada Tuhan Sang pemilik hidup dan sumber kesejahteraan itu sendiri.
Berkaitan dengan hal tersebut perikop bacaan kita hari ini menjelaskan tentang surat nabi Yeremia kepada bangsa Israel yang hidup tertawan di negeri Babel. Di mana keberadaan mereka di Babel adalah konsekwensi dari cara hidup yang tidak setia dan taat kepada Allah. Namun bagimanapun Babel telah menjadi tempat tinggal mereka. Jadi surat nabi Yeremia ini menekankan tentang pesan Tuhan bagi umatNya tentang cara menjalani hidup mereka di tempat pembuangan, negeri Babel. Tuhan memerintahkan bangsa Israel sungguh-sungguh mengusahkan kesejahteraan kota Babel. Sebab Tuhan tidak menghendaki umat hidup pasif di tanah pembuangan, hanya sedih dan meratapi penderitaan, apalagi berputus asa. Sebaliknya Allah menghendaki agar umat Tuhan bekerja keras, berusaha dan berjuang untuk mengusahkan kesejahteraan kota, (negeri Babel)
Apalagi Tuhan Allah sudah menetapkan bangsa Israel akan berada di Babel selama 70 tahun, kemudian kembali ke tanah perjanjian. Tujuh puluh tahun adalah masa didikan Allah bagi umat yang telah berdosa, supaya mereka sadar dan bertobat serta kembali hidup sebagai umat yang mengakui Tuhan Allah dalam seluruh keberadaan hidup mereka. Pembuangan di Babel menjadi ladang pembentukan ketaatan dan kesetiaan umat Allah, supaya mereka mendapatkan kembali identitas dan jatidiri mereka sebagai umat dan bangsa pilihan. Dengan demikian, maka rancangan Tuhan bagi penduduk Yerusalem yang terbuang, umat kepunyaanNya adalah rancangan damai sejahtera, yaitu pengharapan akan keselamatan kekal di dalam Tuhan.
Pada ayat 7 perikop bacaan kita mengatakan : Usahakanlah kesejahteraan kota ke mana kamu Aku buang, dan berdoalah untuk kota itu kepada TUHAN, sebab kesejahteraannya adalah kesejahteraanmu. Melalui ayat ini dinyatakan dua hal yang penting : yang harus diilakukan bangsa Israel yaitu mengusahakan (Usahakanlah) dan yang kedua berdoa (berdoalah). Dan menurut kamus bahasa Indonesia kata mengusahakan maknanya mencakup antara lain : mengerjakan sesuatu, mengihtiarkan (berpikir dalam-dalam untuk mencari jalan ke luar), berusaha sekeras-kerasnya dalam membuat/menciptakanan dan melakukan sesuatu. Itu menunjukkan ada tekad dan keinginan yang kuat serta ditunjang usaha dan kerja keras. bukan hanya mengandalkan belas kasihan sang penguasa negeri. Termasuk bagaimana mereka membentuk dan membangun kehidupan keluarga, bertambah banyak serta mengolah alam yang dianugerahkan Tuhan bagi mereka serta mengusahakan kesejahteraan atau kemakmuran kota di mana Tuhan menempatkan mereka. Di samping itu Tuhan mengingatkan mereka juga untuk senatiasa menopang dalam doa bagi kota di mana mereka dibuang. Sebab bagaimana pun jika kota kediaman mereka sejahtera tentu akan berdampak juga bagi kesejahteraan mereka.
Menarik untuk menyimak mengapa Tuhan menyatakan perintahNya secara mendetail mengenai apa yang harus dilakukan umat Israel di negeri pembuangan yakni : mendirikan rumah, membuat kebun, menikah dan juga mencarikan pasangan untuk anak-anak mereka hingga memiliki keturunan serta bekerjalah untuk kesejahteraan kota Babel. Maksudnya ialah Tuhan mendorong bangsa Israel hidup secara normal. Menjalani hidup seperti di negeri mereka sendiri yang ditandai dengan membangun rumah tempat tinggal, membentuk hidup berkeluarga, termasuk membangun keturunan. Mencari istri dan pasangan bagi anak-anak menunjukan bahwa mereka tetap menjaga keturunan mereka dan tidak kawin campur dengan bangsa setempat. Mereka hidup berbaur tapi tetap menjaga kemurnian diri selaku bangsa pilihan, umat perjanjian Allah Dengan begitu saat mereka kembali nanti ke negeri asal mereka, mereka kembali sebagai suatu bangsa yang murni.
Melalui kebenaran Firman Tuhan hari ini, tepat di hari Ulang Tahun Negara kita Republik Indonesia kita kita diingatkan peran kita bagi bangsa ini memiliki arti yang sangat besar. Jauhkan pemikiran bahwa mengupayakan kesejahteraan kota adalah kewajiban pemerintah dan pejabat lainnya. Jika demikian bisa-bisa kita hanya menjadi penonton dan tukang kritik saja. Jadi sekali lagi usaha mensejahterakan kota bukan hanya tanggungjawab pihak tertentu saja, melainkan menjadi tanggung jawab bersama segenap masyarakat, termasuk kita warga gereja. Dalam hal ini kita pun selaku Gereja (persekutuan orang-orang percaya) diingatkan agar tidak hanya mengurus hal-hal yang terkait dengan ritual ibadah semata kemudian melupakan tanggung jawab sosial. Ketika umat Allah dibuang ke Babel, Tuhan berbicara kepada nabi Yeremia untuk mengingatkan umat Allah akan tanggung jawab sosial mereka. “Usahakanlah…. berdoalah….” (ay.7) Ya, Gereja perlu memikirkan pelayanan yang seimbang. Karena adalah keliru bila gereja hanya menekankan relasi secara vertikal (hubungan manusia dengan Tuhan) dan mengabaikan relasi secara horizontal (hubungan manusia dengan sesamanya). Gereja harus mengajar jemaat untuk mengasihi Tuhan dan sekaligus mengasihi sesama (dalam lingkup sosialnya). Mau atau tidak mau Tuhan telah menempatkan kita di bumi Indonesia untuk memberi dampak bagi bangsa ini. Kita bertanggung jawab untuk berdoa dan mengusahakan kesejahteraan kota di mana kita tinggal. Jika kota yang kita tinggal aman, tentram, damai dan sejahtera maka kitapun akan mengalami keadaan yang sama.
Mungkin ada yang berpikir bahwa untuk mengubah nasib sebuah bangsa mereka harus melakukan hal-hal yang besar. Padahal itu tidaklah spenuhnya benar. Setiap orang pada dasarnya memiliki panggilannya sendiri-sendiri. Apapun panggilan kita, dimanapun kita bekerja dan tinggal, kita bisa berbuat sesuatu, berperan aktif dan nyata demi kesejahteraan bangsa kita. Ya, sesungguhya banyak hal yang bisa kita lakukan. Bagi petani misalnya mengupayakan hasil sawah/kebun yang berkualitas, bagi para pendidik mendidik siswa/mahasiswa yang berbobot, bagi pengusaha/pedagang menghasilkan dan menjual produk-produk yang bermutu. Bagi masyarakat umum mungkin bisa dengan mendonorkan darah, menjaga kebersihan dan kelestarian alam dengan membuang sampah pada tempatnya dan yang tak kalah pentingnya ialah setia membayar pajak. Dengan kata lain kota yang sejahtera dapat dicapai bila ada kualitas hidup anggota masyarkat yang suka bekerja keras dan mengembangkan sikap saling menghormati dan menghargai serta menjaga nilai-nilai budaya, politik, keamanan, hak asasi manusia, toleransi dan hubungan yang baik dalam di tengah masyarakat yang memiliki berbagai macam perbedaan. Dan semua itu hanya dimungkinkan jika kita menghadirkan damai sejahtera Allah melalui tutur kata sikap yang baik, dan benar. Hendaknya gaya hidup kita berpola pada keteladanan Kristus. Hingga kita dapat menjadi berkat, mulai dari keluarga, jemaat dan masyarakat, ditiap talenta, karya, jerih juang dan kerja yang dianugerahkan Tuhan bagi kita. Dirgahayu Indonesia, Amin. (lmtp).