Minggu, 14 November 2021 (Stola Hijau )
Bacaan Alkitab : Markus 12 : 38-44
Tujuan : Agar setiap warga jemaat memahami makna dari memberi.
Sidang Jemaat Tuhan yang kekasih,
Memberi dalam kelimpahan adalah hal yang lumrah dilakukan. Namun memberi dalam keterbatasan, adalah suatu hal yang langka. Sebab hal itu menyiratkan seberapa besar iman dan kesungguhan seseorang memberi dari apa yang ia miliki, dan seberapa besar kesungguhannya untuk memberi.
Bacaan Injil minggu ini menghadirkan dua sosok berbeda: ahli Taurat (Mrk. 12:38-40) dan seorang janda miskin (Mrk. 12:41-44). Yang pertama orang terpandang, yang dengan jubah panjangnya dikagumi banyak orang di keramaian, sedang yang kedua tak terkenal, atau malah tak dikenal sama sekali. Yang pertama suka berdoa, bahkan dengan doa yang panjang-panjang, sedang yang kedua mungkin tak punya cukup waktu untuk berdoa karena keletihannya mencari sesuap nasi. Dengan mata yang terbuka kita bisa membuat perbandingan di atas. Namun, agaknya, dibutuhkan sebuah mata lain, mata ketiga, mata belarasa yang bening, untuk mampu melihat lebih dari itu. Yesus dengan jeli menunjukkan, bahwa para ahli Taurat itu suka “menelan rumah janda-janda,” sedang si janda miskin itu “memberi dari kekurangannya, semua yang ada padanya, yaitu seluruh nafkahnya.”
Saat ini kita mau melihat hubungan antara sikap iman kita dengan persembahan. Dalam bacaan kita hari ini, Tuhan menegur para ahli Taurat. Para ahli Taurat adalah mereka yang bertugas untuk menjelaskan Firman Allah dalam Perjanjian Lama kepada umat Allah. Namun sebagian dari Ahli Taurat tidak menjalankan perannya dengan baik. Mereka justru memanfaatkan posisi mereka untuk mencari hormat, penghargaan dan keuntungan sendiri. Karena ahli Taurat dianggap sebagai orang yang dekat dengan Allah dan memahami Kitab Suci, mereka memperoleh perlakuan istimewa dalam ibadah maupun di masyarakat. Akhirnya beberapa di antara mereka terjebak untuk mengingini kehormatan berlebihan.
Ahli Taurat sebenarnya tidak menerima bayaran saat menjelaskan kitab Suci. Mereka bergantung pada derma/persembahan umat. Namun dalam bacaan kita hari ini, kita melihat para ahli Taurat memanfaatkan jabatannya untuk menindas umat. Bahkan mereka sampai hati untuk menelan rumah janda-janda. Mereka mengelabui umat Allah dengan doa-doa yang panjang. Para Ahli Taurat mencari penghargaan berlebihan dan mencari keuntungan sendiri. Hal inilah yang ditegur Yesus karena menunjukkan kemunafikan. Yesus memberikan teguran di depan murid-muridNya, supaya para murid-murid dan pengikutnya tidak menjadi orang yang munafik.
Berbeda dengan ahli Taurat, Yesus memuji seorang janda miskin yang memberikan persembahan. Disebut janda miskin kemungkinan tampak dari baju yang dipakainya dan juga dari persembahannya yang sangat sedikit yaitu dua (2) peser. Kata bahasa Yunani yang dipakai adalah “lepta” dari kata dasar “lepton” yang artinya koin tembaga atau perunggu yang kecil; atau koin logam yang tipis yang merupakan uang logam dengan nilai terkecil pada zaman itu. Sangat kontras bila dibandingkan dengan persembahan para orang kaya. Namun demikian, Yesus justru lebih menghargai persembahan sang janda, yang memberikan seluruh nafkahnya, sementara para orang kaya justru memberi sebagian dari kelimpahannya.Yesus melihat janda miskin ini memberi seluruh nafkahnya. Janda miskin ini memberikan persembahan tanpa berharap akan penghormatan dan penghargaan orang lain. Dan tindakan janda miskin ini menunjukkan imanya kepada Allah. Janda miskin ini yakin akan pemeliharaan Allah.
Kita juga bisa belajar bahwa nominal persembahan bukan masalah utamanya. Tetapi motivasi dalam memberikan persembahan adalah hal yang penting. Memberi persembahan merupakan wujud sikap iman kita kepada Allah. Namun kita juga jangan sampai terjebak karena kita memberikan persembahan hanya karena sekedar formalitas. Yang lain memberikan persembahan, maka kita memberikan persembahan. Kita harus hati-hati dalam memberikan persembahan.
Jika diukur secara nominal jumlah uang yang dikeluarkan oleh si kaya mungkin lebih besar dari si miskin, namun jika dilihat secara faktual si miskin lebih besar pengorbanannya daripada si kaya. Itulah kenyataan yang mengesan bagi kita, dan mungkin contoh tersebut boleh menjadi cermin kehidupan masyarakat kita: semakin kaya semakin penuh perhitungan dan pelit serta ada kecenderungan untuk sombong dan egois. Tetapi justru menarik bahwa Yesus menghargai persembahan janda yang miskin itu dengan berkata “bahwa persembahannya berharga dari persembahan yang dipersembahkan pada hari itu, sebab itulah segala sesuatu yang ia (janda yang miskin) punyai.
Tindakan janda miskin diatas menunjukkan kualitas iman yang besar. Mereka memberi dari apa yang ada, dalam keterbatasan dan kekurangannya. Melaluinya, karya Allah dinyatakan. Yesus memberikan pelajaran yang berharga bagi para murid dan kita yang hidup pada masa kini, melalui spiritualitas yang ditampakkan sang janda. Mengajarkan kepada kita tentang iman melalui kesediaan diri memberi dari apa yang kita miliki. Sekecil apapun itu.
Firman hari ini mengingatkan kita semua perihal persembahan atau pengorbanan diri bagi Allah dan sesama. Persembahan yang benar adalah ‘memberi dari kekurangan’, bukan kelebihan. Firman hari ini mungkin dapat kita refleksikan dalam hal pemafaatan waktu: orang yang merasa kaya akan waktu pada umumnya pelit membaktikan diri pada yang lain dan kurang setia melaksanakan tugas utamanya, sebaliknya orang yang merasa kurang waktu pada umumnya lebih membaktikan diri kepada orang lain maupun tugas utamanya. Semakin merasa kurang waktu pada umumnya orang dengan sungguh-sungguh mengerjakan tugasnya, sehingga yang bersangkutan juga semakin banyak tugas yang harus dikerjakan, meskipun demikian semuanya selesai atau suskses. Maka marilah kita tidak pelit dalam hal waktu, tenaga maupun harta benda/uang: semuanya adalah anugerah Allah, maka semuanya selayaknya difungsikan secara baik dan benar.
Sidang Jemaat yang terkasih di dalam Tuhan Yesus,
Persembahan itu kita berikan bukan oleh karena Tuhan kekurangan, melainkan sebagai ungkapan syukur kita kepada Tuhan yang telah terlebih dahulu memberikan segala sesuatu kepada kita, terutama memberikan hidup kepada kita. Hubungan baik yang tercipta antara umat dan Allah itulah yang membuat pemberian persembahan bukan sesuatu beban, tetapi suatu kesukaan, bukan saja suatu kerelaan, tetapi juga suatu keharusan. Berikanlah yang terbaik untuk Allah. Jangan kita memberikan sisa-sisa uang kita kepada Tuhan. Ada baiknya kita belajar untuk merencanakan dan menyisihkan penghasilan kita untuk kita berikan kepada Allah. Karena ini adalah persembahan untuk Allah sebagai ucapan syukur kita, maka kita harus memberi persembahan.
Besar kecilnya persembahan kita memang tidak menjadi ukuran besar kecilnya iman dan rasa syukur kita kepada Tuhan. Tetapi sebaliknya, besar kecilnya iman dan rasa syukur kita kepada Tuhan, akan tampak melalui apa yang kita persembahkan kepada Tuhan. Selamat memberi. Tuhan memberkati. Amin