Minggu, 5 September 2021 (Stola Hijau)
Bacaan Alkitab : Yakobus l:17-25
Tujuan : Agar jemaat menghidupi Firman Tuhan dan melakukannya
Dua hal yang menjadi isi surat yakobus ialah nasihat dan petunjuk tentang bagaimana umat Allah hams hidup dan memperlakukan sesamanya.
Surat ini ditujukan kepada “dua belas suku di perantauan” (1:1) namun dua belas suku yang dimaksud disini bukanlah orang Israel melainkan jemaat Kristen yang melihat dirinya sebagai ahli waris tradisi yahudi. Di mana, tradisi-tradisi biasanya dan selalu menjadi kebanggaan yang pada akhimya kontras dengan berita Injil karena penerimaan logika seperti yang dipahami oleh kaum stoa yang sempat berkembang pada saat itu dan gengsi yang mengabaikan kasih. Bisa dibandingkan dengan pendapat rasul Paulus dalam (filipi 3:5-8).
Tepatlah penulis surat yakobus dalam hal ini Yakobus sendiri menekankan tentang Hikmat Allah melalui Firman yang sempuma yakni Firman tentang Yesus Krsitus. Yang mengajarkan tentang hukum yang sempuma yakni mengasihi Allah dan mengasihi manusia (Mat 22:37-40). Bandingkan (ayat 17)
Orang yang tidak cepat berkata-kata, lambat untuk marah adalah orang-orang yang
memiliki hikmat untuk menghadapi dan
menyelesaikan sesuatu hal dengan bijak. Sementara orang
yang cepat berkata-kata dan cepat marah adalah orang-orang yang pada akhimya akan cepat
bersinggungan dengan orang lain yang pada akhimya membuat imannya menjadi mati (tidak berguna apa-apa). bahkan hukum yang sempuma akan menjadi ocehan dan batu sandungan bagi orang lain akibat tidak memiliki hikmat untuk menahan diri.
Olehnya itu ada petunjuk yang berharga dari Yakobus bahwa “buanglah segala sesuatu yang kotor dan kejahatan yang bisa bersumber dari niat, kata-kata dan perbuatan. Melainkan Firman yang tertanam dalam hati kita yakni injil (berita sukacita) yang berkuasa menyelamatkan dapat hidup dalam perjalanan kehidupan kita sehari-hari.
Mendengar dan melakukan firman Tuhan menjadi bukti nyata bahwa kita mengimani karya Allah yang sempuma dalam hidup kita dan iman itu tidak mati, melainkan menjadi harapan dari penyataan kasih yang memberi dampak bagi sesama yang membutuhkan dan haus akan kebenaran Firman-Nya.
Sekedar mendengar Firman Tuhan sama seperti kita menonton Film yang sangat baik yang berisi pesan-pesan sosial maupun spiritual namun karena kita berpikir dan memandangnya itu bukanlah sesuatu yang nyata maka pesan-pesan itu tidak berarti apa-apa. Berbeda ketika kita mengerti, memahami, pesan yang terkandung dalamnya dan mengingat tanggung jawab bahwa itu dapat merubah dunia ini pada akhimya menjadi sebuah tindakan nyata.
Sama dengan seseorang ketika
hanya
mampu
berkata• kata, berucap tetapi dia sendiri tidak menunjukkan teladan maka
orang hanya akan memandang
itu
sebuah lips service.
Sangat perlu belajar pada Y esus Kristus, ketika dia mengajar tentang kasih dia menunjukkan belas kasihnya dalam tindakan.
Diberkatilah kita semua AMIN.