Minggu, 21 Januari 2024 (Stola Hijau)
Tujuan : agar jemaat melakukan perintah Tuhan dan hidup dalam pertobatan
Suatu hari iblis mengadakan sebuah pertemuan akbar atau konfrensi membahas tentang cara menggoda manusia agar menjadi pengikutnya. Salah satu iblis memberikan usul, “Bagaimana jika kita katakan kepada manusia jika surga itu tidak ada?” beberapa peserta konfrensi iblis menyatakan bahwa cara tersebut tidak berhasil menarik banyak pengikut, hanya beberapa saja yang percaya bahwa surga itu tidak ada. Lalu ada yang memberikan usul lain: “Bagaimana jika kita katakan kepada manusia bahwa neraka itu tidak ada agar mereka terus bebas berbuat dosa.” Kemudian ada yang menjawab demikian,”Bagaimana jika kita katakan kepada manusia “Masih banyak waktu untuk bertobat. Sehingga mereka akan nyaman untuk berbuat dosa dan selalu menunda- nunda untuk bertobat.” Akhirnya sampai saat ini lebih banyak manusia terus hidup dalam dosa karena berpikir masih banyak waktu untuk bertobat. Melalui cerita itu kita diperhadapkan bahwa jangan sampai kita terlena dalam dosa kita dan menunda-nunda pertobatan. Seperti penduduk kota Niniwe, di situ mereka tahu telah berdosa, mereka sadar dan bertobat.
Bacaan saat ini merupakan babak baru bagi kehidupan Yunus sebab dimulai dari pasal 3 inilah Yunus kemudian menjadi utusan Allah yang melakukan kehendak Allah. Tentu kita masih ingat bagaimana ketika Tuhan memilih Yunus dan kemudian dia berupaya mengelak dari panggilan itu (Bnd. Pasal 1). Meskipun Yunus sudah melakukan kesalahan dengan membelot/membangkang dari apa yang Tuhan telah perintahkan, tapi dia masih diberi kesempatan untuk kembali melanjutkan pelayanan. Sehingga dalam bacaan saat ini terkesan tidak ada lagi diskusi dalam diri Yunus, begitu mendengarkan firman Tuhan dengan segala perintahNya, Yunus bersegera melakukan kehendak Tuhan itu. Bisa saja karena memang Yunus sudah kapok kalau membantah perintah Tuhan akan berakhir dengan petaka bagi dirinya. Atau mungkin saja Yunus trauma hidup dalam perut ikan selama tiga hari tiga malam. Apapun itu, Yunus kini berubah menjadi penurut kepada Tuhan. Demikian ketika menyampaikan berita penghukuman Niniwe dengan tenggang waktu 40 hari lagi (ay. 4). Kota yang besar dengan hiruk-pikuk kehidupan masyarakatnya akan mengalami bencana besar karena akan ditunggangbalikkan oleh Tuhan. Ancaman kehancuran bagi Niniwe terhitung 40 hari lagi.
Setelah mendengar apa yang disampaikan Yunus sesuai yang Tuhan Firmankan, orang Niniwe percaya kepada Tuhan, mereka mengumumkan puasa, baik orang dewasa maupun anak-anak mengenakan kain kabung tanda mereka berduka cita (ay. 5). Bahkan setelah Raja mendengar kabar itu, dia pun turun dari singgasananya, ditanggalkankannya jubahnya dan diselubungkannya kain kabung lalu dia pun duduk di abu (ay. 6). Atas perintah raja “manusia dan ternak, lembu sapi dan kambing domba tidak boleh makan apa-apa”. Semuanya, baik manusia dan ternak harus berselubung kain kabung dan berseru dengan keras kepada Allah serta masing- masing harus berbalik dari tingkah lakunya yang jahat dan dari kekerasan yang dilakukannya. Dengan harapan Tuhan akan berpaling dari murkaNya yang menyala-nyala dan mereka tidak binasa. Ini adalah sebuah gerakan pertobatan besar dari sebuah bangsa. Kesadaran akan dosa membuat mereka berduka cita, dan seruan kepada Tuhan menjadi permohonan mereka, serta berbalik dari tingkah laku yang jahat menjadi sebuah respon yang nyata dari kesadaran dan seruan mereka. Ketika Tuhan melihat perbuatan mereka, yakni bagaimana mereka berbalik dari tingkah lakunya yang jahat, Tuhan tidak jadi melakukan hukuman yang telah IA rancangkan (ay. 10). Bukan berarti Tuhan tidak konsisten dengan apa yang Dia telah tetapkan, tapi disinilah terlihat kemurahan Tuhan, bahwa selalu ada kesempatan dalam setiap pertobatan.
Dari bacaan saat ini, kita bisa belajar bahwa sebagai anak Tuhan, kita bisa gagal dalam mengiring dan menaati perintah-Nya. Namun, selalu tersedia anugerah kesempatan kedua dari Tuhan, agar kita bangkit dan kembali pada jalan ketaatan. Yunus, yang dulunya ingin lari dari apa yang Tuhan perintahkan, namun setelah mendapatkan belas kasihan dan kemurahan Tuhan, selamat dari perut ikan, akhirnya dia kembali melakukan apa yang Tuhan perintahkan. Dan Yunus dipakai oleh Tuhan secara luar biasa untuk membawa penduduk Niniwe pada pertobatan. Bangsa Niniwe, yang dulunya melakukan apa yang jahat di mata Tuhan, namun begitu mereka diingatkan/masih diberi kesempatan, mereka langsung berbalik dari segala kejahatan, dan menerima pengampunan dari Tuhan.
Bagaimana dengan kita? apakah kita tipe orang yang dihukum dulu baru melakukan perintah Tuhan? atau cukup hanya diingatkan? Atau langsung melakukan? Jika kita mengasihi Allah, yang telah memberikan diriNya bagi kita, tentu kita akan melakukan perintahNya, bukan karena paksaan, bukan karena terbeban, bukan karena takut hukuman, tapi dengan sukarela dan sukacita, seperti halnya yang dikatakan dalam 1 Yohanes 5:3 “Sebab inilah kasih kepada Allah, yaitu bahwa kita menuruti perintah-perintahNya, perintah-perintahNya itu tidak berat”. Orang yang mengasihi Tuhan, yang sudah merasakan kemurahan Tuhan, akan melakukan perintah Tuhan dengan kerelaan. Amin