Minggu, 8 Oktober 2023 (Stola Hijau)
Tujuan : Agar jemaat memahami bahwa gereja sebagai alat tuhan dalam memberitakan keselamatan
Sidang jemaat yang dikasihi Tuhan Yesus,
“Bermata tapi tak melihat/ Bertelinga tapi tak mendengar/ Bermulut tapi tak menyapa/ Berhati tapi tak merasa // Beramal tapi kurang ikhlas/ Berjanji tapi suka lupa/ Bergunjing hampir tiap hari/ Berkata sering menyakitkan”. Lirik tersebut adalah potongan dari lagu Bimbo “Bermata Tapi Tak Melihat” yang dirilis pada tahun 1991. Lagu itu mengingatkan kita, kadang kita memiliki sesuatu dalam diri kita, tapi lupa menggunakan dengan seharusnya. Menyia-nyiakannya hingga tidak bermanfaat, bahkan kadang justru mendatangkan kerugian untuk diri kita sendiri dan orang lain.
Pembacaan kita saat ini pun menceritakan bagaimana Tuhan Yesus mengkritik para Imam kepala dan orang Farisi melalui sebuah perumpamaan mengenai tuan tanah yang membuka kebun anggur dan menyewakannya kepada para penggarap, tetapi penggarap-penggarap yang dimaksud tidak bertanggungjawab. Bahkan dikisahkan sang pemilik kebun menyiapkan tanah itu lengkap dengan lubang pemerasan, menara jaga dan pagar pembatas. Artinya sang pemilik kebun anggur itu menyiapkan tanahnya sebelum disewakan dan para penggarap itu akan mendapatkan bagian sesuai dengan bagian mereka. Tetapi, ketika tiba musim petik dan hamba-hamba tuan tanah datang untuk menerima hasil dari para penggarap tersebut, para penggarap-penggarap bersepakat untuk membunuh hamba-hamba, dari si pemilik tanah (ay. 34-35). Demikian juga dengan hamba- hamba yang lain, yang di utus kembali dan yang jumlahnya lebih banyak dari sebelumnya, mereka pun diperlakukan sama seperti kawan-kawan mereka (ay. 36), yaitu dipukul, dibunuh dan dilempari. Pun demikian dengan ahli waris (anak dari si pemilik tanah), ketika diutus oleh ayahnya untuk menerima hasil dari penggarap-penggarap tersebut, juga mengalami nasib yang sama seperti hamba-hamba yang diutus sebelumnya, dilempar keluar kebun dan dibunuh (ay. 39). Hal yang cukup menarik dari bagian ini adalah sebuah kenyataan bahwa kesabaran dari pemilik kebun anggur itu menggambarkan kesabaran Tuhan! Tetapi bagaimanapun perlu diingat bahwa kesabaran itu ada batasnya (ay 40-41 bdk. Ro 2:4-5). Tidak mudah untuk memahami sebuah perumpaan, karena itu Tuhan Yesus berbicara langsung mengandaikan diri-Nya sebagai batu penjuru. Kerajaan Allah dibandingkan dengan kebun anggur, sedangkan penggarap-penggarap adalah: pemimpin-pemimpin Israel, imam-imam kepala, orang- orang Farisi dan ahli-ahli Taurat (Bnd. Luk.20:19). Sedangkan hamba-hamba yang “ditolak, dilempari batu, dibunuh” adalah para Nabi dan Rasul bahkan Yesus Kristus sendiri di tolak, tidak dihormati (Mat. 13:53-58; Mrk. 6:1-6) dari pemimpin-pemimpin Yahudi dan orang banyak. Apa yang sampaikan oleh Tuhan Yesus ini, membuat para Imam kepala dan orang Farisi menjadi marah dan ingin menangkap-Nya, sebab mereka mengerti bahwa merekalah yang Tuhan Yesus maksudkan sebagai penggarap-penggarap jahat tersebut (ay. 45-46).
Perumpamaan yang disampaikan Tuhan Yesus ini, sangat jelas memberikan gambaran bahwa penggarap- penggarap kebun anggur itu hanya memikirkan diri sendiri dan berpikir tentang bagaimana mencari untung besar dengan cara mereka sendiri. Akibat dari cara pandang dan cara pikir yang hanya pada diri sendiri itu membuat segala perilaku atau perbuatan mereka menjadi jauh dari kehendak Tuhan.
Sidang jemaat yang dikasihi Tuhan Yesus,
Dalam kehidupan beriman kita, sebagai orang yang percaya kepada Yesus Kristus, ketika kita sudah diberi berkat dalam hidup kita, keluarga kita, gereja kita, pekerjaan kita, termasuk janji Kerajaan Allah itu melalui Yesus. Kita jangan menyia-nyiakan berkat pemberian itu. Keinginan untuk memiliki dan berkuasa membuat orang lupa diri akan tugas serta tanggung jawab yang lebih utama. Sebab itu, masing-masing kita bertanggung jawab kepada Tuhan atas hidup dan segala karunia yang telah kita terima. Semuanya itu milik Tuhan dan patut dipertanggungjawabkan dihadapan-Nya. Tuhan Yesus mengingatkan dengan keras, mereka sudah menerima Kerajaan Allah, tetapi jika tidak berbuah, maka kerajaan itu akan diambil dari mereka (ay. 43). Untuk itu, marilah kita menggunakan berkat itu untuk menjadi berkat bagi yang lain juga, jangan disia-siakan. Jadilah penggarap kebun Tuhan yang bijaksana. Amin.