Minggu 21 Juli 2024: Bersyukur Dalam Setiap Keadaan (Efesus 1:3-14)

Minggu 21 Juli 2024 (Juli Stola Hijau)

Tujuan : Agar warga jemaat tahu untuk bersyukur dan menyadari setiap berkat rohani dan jasmani karena kasih Tuhan.

Jemaat yang dikasihi Tuhan,
Bersyukur adalah panggilan hidup kita orang percaya, sebab rasa syukur adalah suatu wujud dari iman. Hal itu merupakan sesuatu yang baik dan idealnya memang harus seperti itu. Akan tetapi yang menjadi soal apakah kita bisa, kita mampu dan sanggup bersyukur dalam setiap keadaan? Bukankah jika kita jujur dalam kenyataan sehari-hari tidak mudah bagi kita untuk senantiasa bersyukur dalam setiap keadaan. Sementara kondisi hidup kita sehari-hari dipenuhi dengan begitu banyak masalah, kesulitan, tantangan dan rintangan, cobaan dan godaan. Dengan kata lain situasi dan kondisi yang kita alami menjadi alasan kita bersyukur atau tidak. Jika kita mengalami situasi yang aman dan nyaman, segala sesuatu berjalan dengan baik maka tentu tidak sulit kita menyatakan pujian dan rasa syukur kepada Tuhan. Akan tetapi sebaliknya jika kondisi kita tidak nyaman karena kita mengalami kegagalan, sakit, mengalami dukacita, dan berbagai hal yang sukar, berat dan pahit tentu kita akan sulit untuk mengungkapkan syukur.


Bila kita telusuri sesungguhnya ada dua hal yang sering membuat kita gagal/tidak mampu bersyukur: Pertama: kita sering memfokuskan diri pada apa yang kita inginkan atau belum kita miliki dan bukan pada apa yang telah kita miliki. Sehingga pikiran kita dipenuhi berbagai target dan keinginan. Kita didorong oleh kemauan yang kuat (obsesi) pada hal-hal yang belum kita punya, makanya kita ingin ini dan itu. Tapi yang anehnya lagi walaupun kita sudah mendapatkan yang kita inginkan/harapkan kita hanya senang dan puas sesaat saja. Setelah itu kita tetap tidak puas, kita masih ingin yang lebih lagi. Kedua: yang sering membuat kita tak bersyukur adalah kecenderungan membanding- bandingkan diri kita dengan orang lain. Segala yang kita lihat pada orang lain selalu lebih baik, lebih bagus, lebih menarik. Pokoknya orang lain lebih, lebih dan lebih. Sementara kita sendiri kurang beruntung, kurang bahagia, dan sebagainya. Itulah sebabnya muncul ungkapan “Rumput tetangga memang sering kelihatan lebih hijau daripada rumput di pekarangan sendiri.”


Kenyataan serta fenomena tidak mampu bersyukur menggambarkan kehidupan kita seperti ilustrasi burung gagak hitam. Dimana suatu ketika, ada seekor burung gagak yang sangat tidak puas dengan kehidupannya karena memiliki bulu yang berwarna hitam pekat. Suatu hari dia melihat seekor burung angsa yang sedang berenang di air, lalu ia berkata kepada angsa: “ Betapa bahagianya engkau angsa yang memiliki bulu begitu putih dan bersih, tidak seperti aku yang memiliki bulu yang hitam ini. Kamu pasti burung tercantik di dunia ini, Semua orang pasti menyukaimu, makanya tidak ada yang menyukaiku.” Angsa pun menjawab, ”Sebenarnya di awal pun saya merasa begitu, bahwa saya adalah burung terindah di dunia. Tetapi setelah saya melihat burung nuri yang memiliki perpaduan dua warna yang begitu cantik, maka saya jadi yakin bahwa burung nuri-lah yang tercantik di dunia ini dan dia sekaligus burung yang yang paling bahagia yang hidup di dunia ini.” Tak berlama-lama di situ, burung gagak pun pergi untuk mencari keberadaan burung nuri seperti yang diceritakan oleh burung angsa. Setelah menemukan sosok burung nuri yang cantik dan indah seperti cerita angsa, maka dengan rasa sedih dan malu burung gagak berkata kepada nuri yang cantik jelita itu: “Sungguh bahagia hidupmu memiliki kombinasi warna bulu yang cerah menawan ini.” Lalu nuri menjawab gagak, “Pernahkah engkau bertemu dengan burung merak? Saya pernah sekali bertemu dengannya, warna bulunya beraneka warna, sangat memukau sehingga bagi siapa pun yang memandangnya pasti terpesona oleh keindahan warna- warni bulunya”. Mendengar kisah nuri tentang burung merak, ia pun penasaran ingin menyaksikan kecantikan burung merak. Tanpa membuang waktu burung gagak langsung mencari dan mengunjungi burung merak yang ada di kebun binatang. Di situ ia melihat langsung bagaimana orang banyak yang mengagumi keindahan warna-warni bulu burung merak. Sambil terus menatap ke arah merak, dalam hati gagak berkata, “Berarti benar apa yang dikatakan oleh nuri, bahwa burung yang tercantik dan berbahagia di dunia adalah burung merak.” Lalu setelah waktu berkunjung di kebun binatang sudah berakhir dan semua pengunjung pulang, gagak segera menghampiri merak, kemudian berucap: “Merak kamu sangat cantik. Setiap hari ratusan atau ribuan orang datang ingin melihat dan mengabadikan kecantikanmu. Setiap orang pasti memuji-muji keindahan warna bulumu, engkau pasti burung yang amat bahagia di alam semesta ini. Tidak seperti aku, ketika ada yang melihat aku mereka hanya berharap agar aku segera pergi menjauh. Sungguh malang nasibku, hai merak.” Namun burung merak menjawab kepada gagak: saya juga dulu selalu berpikir, bahwa saya adalah burung tercantik dan burung paling berbahagia di bumi ini. Tetapi tahu kah engkau hai gagak? Dengan kecantikan dan keindahan buluku ini, saya terjebak dalam kebun binatang ini. Diriku selalu dijadikan tontonan bagi banyak orang dari waktu ke waktu. Bahkan sampai saya mati nanti, saya akan tetap terkurung di kebun binatang ini. Jadi sebenar nya saya adalah burung paling menderita di dunia ini. Tidak seperti dirimu gagak yang bebas terbang ke mana saja kau mau, betapa bahagia dan beruntungnya dirimu hai gagak. “


Dari ilustrasi tersebut siapakah yang sesungguhnya paling berbahagia? Ternyata kebahagiaan masing-masing burung berbeda-beda, sebagaimana yang telah ditetapkan oleh Allah bagi mereka. Demikian pula dalam hidup kita, mungkin ada banyak hal yang dapat membuat kita merasa bahagia dan bersyukur.


Akan tetapi menurut perikop bacaan kita saat ini, dasar kebahagiaan dan rasa syukur yang utama ialah karena kita memiliki Allah yang mengasihi kita dengan kasih yang besar dan sempurna. Dan dalam kasih-Nya yang besar Dia mengaruniakan bagi kita keselamatan di dalam dan melalui pengorbanan Anak Tunggal-Nya demi menebus dan menyelamatkan kita dari sumber dan akar berbagai persoalan yaitu dosa. Dosa yang telah merampas kebahagiaan manusia dan rasa syukur kita kepada Tuhan. Kesemuanya itu diistilahkan oleh rasul Paulus dengan kata segala berkat rohani (ay. 3). Berkat rohani yang melampaui nilainya dari berkat jasmani yang ada dalam dunia. Berkat rohani yang dikaruniakan Allah kepada manusia, bukan dari hasil perjuangan atau pun kerja keras manusia. Bahwa tidak ada andil sedikit pun dari pihak manusia. Pengampunan dosa dan kehidupan kekal diberikan/dianugerahkan secara cuma-cuma dari Allah kepada manusia. Diberikan secara gratis bukan karena keselamatan dan kehidupan kekal adalah hal yang murahan. Melainkan justru karena sangat mahal harganya, nilainya tak dapat diukur oleh apa pun yang bernilai yang ada dalam dunia seperti perak, emas, berlian dan lain-lain. Oleh sebab itulah Allah memberi- kan secara gratis, dan tanpa syarat apa pun kepada kita manusia, karena manusia tak dapat membelinya sekalipun dengan segala sesuatu yang berharga di dunia ini.


Dengan demikian jelas bahwa dasar kita untuk senantiasa bersyukur dalam setiap keadaan yaitu karena kita telah memiliki berkat rohani, berkat sorgawi yang tak dapat dinilai dan dibandingkan serta disejajarkan oleh apa pun di dalam dunia ini. Bahkan seluruh kekayaan di alam semesta ini pun tidak sebanding dengan nilai dari tubuh dan darah Yesus Kristus yang kudus dan tak bercacat sedikit pun yang dikorbankan untuk penebusan dosa dan karunia kehidupan kekal. Inilah hal yang menjadi kekuatan sekaligus sukacita tersendiri bagi kita orang percaya dalam menjalani kehidupan di dunia yang penuh dengan segala warna-warninya yang datang silih berganti. Di tengah situasi kehidupan yang penuh dengan ketidakpastian. Namun kita memiliki kepastian bahwa kita memiliki Allah yang selalu mengasihi kita. Dan bukti terbesar dari kasih-Nya ialah Ia telah mengarunia- kan berkat rohani yakni pengampunan dan penebusan dosa serta keselamatan dan jaminan hidup yang kekal di dalam Kerajaan Surga. Kiranya Tuhan senantiasa menolong kita menyadari dan menghayati kebenaran Firman Tuhan ini, sehingga kita mampu untuk bersyukur dalam setiap keadaan. Amin.