Minggu, 7 Juli 2024: Berharaplah Pada Tuhan (Ratapan 3:22-33)

Minggu, 7 Juli 2024 (Stola Hijau)

Tujuan : Agar setiap warga jemaat berharap hanya pada Tuhan.

Jemaat yang dikasihi Tuhan.
Bacaan kita hari ini dalam kitab Ratapan 3:22-33 berbicara tentang murka TUHAN dan kasih setia-Nya tidak akan pernah berakhir. Hukuman Tuhan bukan menghancurkan, tapi menegur dan mengingatkan. Karenanya berharaplah pada Tuhan.


Kitab Ratapan ini ditulis oleh nabi Yeremia sebagai ungkapan kepedihan hatinya yang mendalam atas kehancuran Yerusalem: apa yang terjadi atas Yerusalem diungkapkan oleh Yeremia dengan kesedihan yang emosional. Keruntuhan kota dan kerajaan, kematian dan pembuangan, pelecehan dan perendahan. Nabi Yeremia menyerapnya dalam syair ratapan yang memilukan itu.Tetapi dalam ratapan yang sangat emosional itu muncul syair: “Biarlah ia merebahkan diri dengan mukanya dalam debu, mungkin ada harapan (ay. 29)”. Ya benar, mungkin ada harapan.


Semua yang terjadi sudah terjadi, tetapi apakah akan selamanya meratap? Yeremia memproklamasikan harapan dalam situasi duka yang dalam. Harapan yang dikumandangkan oleh Yeremia bukanlah khayalan atau halusinasi, dan bukan juga bayangan, tetapi Yeremia meyakinkan dalam ratapannya yang mengatakan:“Tak berkesudahan kasih setia TUHAN, tak habis-habisnya rahmat-Nya selalu baru tiap pagi;besarkesetiaan-Mu! TUHAN adalah bagianku,” kata jiwaku,oleh sebab itu aku berharap kepada-Nya (ay.22-24), karena tidak untuk selama-lamanya TUHAN mengucilkan karena walau Ia mendatangkan susah, Ia juga menyayangi menurut kebesaran kasih setia-Nya”(ay. 31-32).Yeremia mengingatkan kembali pribadi TUHAN dalam duka umat yang sedang galau, kasih dan kesetiaan TUHAN begitu besar. Itu adalah alasan untuk tetap memiliki pengharapan, mengenal siapa itu TUHAN dan menyadari bagaimana posisi umat terhadap TUHAN- nya.


Masa yang telah berlalu tidak lagi dapat diubah, tetapi masih ada masa yang akan datang.Kesempatan yang TUHAN berikan tidak berkesudahan, tak habis- habisnya. Masih ada waktu untuk berbenah diri. Harapan masih ada, bukan dengan mengandalkan kekuatan manusia, tetapi mengandalkan kasih setia TUHAN.


Melalui ratapan ini, Yeremia meluapkan isi hatinya yang penuh kepedihan karena penderitaan berat yang dialami bangsa itu. Luapan hati ini sekaligus ungkapan kesadarannya bahwa hukuman yang mereka terima justru karena pemberontakan dan dosa mereka kepada TUHAN. Yeremia mengakui keadilan TUHAN itu, bahwa meskipun bangsa itu telah ditetapkan TUHAN sebagai bangsa pilihanNya, bukan berarti mereka bisa hidup seenaknya dan melakukan dosa. Tuhan menginginkan, agar sebagai bangsa pilihan, mereka seharusnya mampu menunjukkan bagi dunia bagaimana mereka hidup, bukan malah menjadikan predikat itu sebagai kesombongan dan keangkuhan iman. Sama halnya dengan kita, sebagai orang yang telah menerima anugerah keselamatan, maka tugas kita bukanlah menyombongkan diri atas keselamatan itu, melainkan kita harus menyadari bahwa tugas kita adalah mengusahakan agar semakin banyak orang yang menerima keselamatan itu.


Belajar dari kitab Ratapan lewat bacaan kita hari ini, bagi umat yang menderita kita boleh sampaikan penderitaan kita kepada TUHAN sekaligus menyatakan pertobatan kita dihadapan-Nya. Dia pasti datang dengana nugerah-Nya menebus dan mengangkat manusia dari kehancuran akibatdosa. Tidak hanya bangsa Israel, kita pun pasti punya banyak pergumulan yang tidak bisa kita uraikan satu persatu. Bagaimana kita menyikapinya? Tentulah dengan iman dan pengharapan.Yeremia mengimani bahwa kasih setia TUHAN tidak pernah berkesudahan, maka dia berharap akan pertolongan TUHAN untuk memulihkan bangsanya. Hukuman TUHAN memang pasti akan berlaku bagi yang melakukan dosa, namun pengampunan juga selalu tersedia bagi yang datang pada-Nya memohon pengampunan dengan sungguh-sungguh. Janganlah kesulitan, penderitan, penyakit membuat iman kita semakin jauh dari TUHAN, namun itu akan mengantar kita menuju pertumbuhan iman hingga kemenangan ada dipihak kita bersama dengan TUHAN. Kita harus hidup dalam Pembaharuan iman/pertobatan yang bersumber dari ketulusan hati dan kesadaran penuh di dalam TUHAN. Dalam Galatia 6:7 “Jangan sesat! Allah tidak membiarkan diri-Nya dipermainkan. Karena apa yang ditabur orang, itu juga yang akan dituainya. Pertobatan itu adalah komitmen hasil dari kesadaran bahwa TUHAN begitu mengasihi kita, tak berkesudahan kasih setia TUHAN, tak habis-habisnya rahmat-Nya, bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setia-Nya.


Kiranya kita diteguhkan untuk hidup dan menikmati kasih setia TUHAN itu, sehingga setiap pagi kita menerima berkat yang baru yang semakin indah. TUHAN akan bekerja menggenapi apa yang dijanjikan- Nya, bahkan akan menjawab pengharapan kita, tapi dengan cara-Nya dan dalam waktu-Nya.Bukan dengan cara kita dan dalam waktu kita.Dengan demikian kita tidak akan mudah merasa kecewa. Kasih Allah sangat besar bagi kita, bahkan Roh Kudus-Nya diberikan bagi kita untuk menuntun, mengarahkan kita dan membawa kita untuk mengerti kehendak-Nya. Inilah yang membuat pengharapan kita didalam-Nya akan membuahkan sukacita, damai sejahtera serta kebahagiaan yang dunia tidak bisa berikan. Bahkan ada janji yang begitu indah bahwa TUHAN sanggup memberi lebih dari yang kita doakan. Sebagaimana firman TUHAN: Efesus 3:20, “Bagi Dialah, yang dapat melakukan jauh lebih banyak dari pada yang kita doakan atau pikirkan, seperti yang ternyata dari kuasa yang bekerja di dalam kita.” Berharaplah pada Tuhan! Amin.