Motivasi mengikut Yesus (Lukas 19: 28-44)

Khotbah, Minggu 13 April (Minggu Sengsara VII) – Stola Ungu

Tujuan : Agar jemaat memiliki motivasi yang benar dalam mengikut Yesus.

Hari-hari ini, Media social ramai dengan konten-konten yang ditampilkan oleh para kreator. Di mana melalui FB Pro, orang mempunyai kesempatan untuk tampil sebagai pembuat konten, dan diikuti oleh sebanyak mungkin bahkan ribuan follower. Bahkan apabila telah memenuhi syarat, maka hasil dari konten tersebut, akan dihargai oleh Mba Metta dan dapat menjadi sumber penghasilan bagi seorang kreator. Tentu bagi mereka yang telah terjun ke dalam dunia perkontenan, akan lebih memahami tentang perihal tersebut. Memiliki pengikut/follower adalah salah satu syarat untuk bisa tampil sebagai seorang kreator, dan apabila kontennya dapat diterima, menghibur, memberi manfaat bahkan inspirasi kepada pengikutnya, maka tampilan itu akan ditanggapi, direspon dan akan menuai banyak komentar.

Pada umumnya, prinsip seorang kreator harus saling support,, karena mereka punya tujuan yang sama, meraih mimpi dan sukses bersama. Saya rasa tidak ada yang salah, sepanjang konten-konten yang ditampilkan, adalah hal-hal yang membangun, saling menghargai, dan mencegah terciptanya ketersinggungan, sikap meremehkan, tetapi yang ada, bagaimana menghadirkan sesuatu yang berguna bermanfaat, bahkan bisa menjadi berkat, baik antara sesama kreator dan juga orang lain yang ikut serta menyaksikan konten tersebut.

Bahkan juga yang tidak kala penting, bagi seorang calon pemimpin yang akan duduk baik sebagai wakil rakyat, ataupun sebagai orang nomor satu di Negara ini, sangatlah membutuhkan dukungan, baik doa dan juga suara dari masyarakat, agar bisa menduduki posisi dan mendapat kursi di pemerintahan.

Jemaat yang kekasih di dalam nama Tuhan…

Apa motivasi menjadi seorang kreator? Sederhananya, ingin meraih mimpi, sukses bersama dan kinerjanya dapat dihargai oleh pencetus FB Pro..Bertolak dari pembacaan kita saat ini, Lukas 19:22-44, dari sana kita dapat melihat, peristiwa yang terjadi ketika Tuhan Yesus dielu-elukan di Yerusalem. Bahagian firman Tuhan ini menuturkan bahwa Tuhan Yesus dielu-elukan setelah menuruni jalan dari Bukit Zaitun, waktu itu Dia memasuki kota Yerusalem. Bahkan dalam konteks perjanjian lama, sesungguhnya Nabi Zakharia telah menubuatkan beberapa abad sebelumnya, bahwa Mesias akan memasuki Yerusalem sebagai Raja yang lemah lembut, dan membawa berita damai.(Zakharia 9:9). Dalam bacaan kita hari ini, kita melihat bagaimana nubuat itu digenapi.

Alkitab mencatat bahwa dua orang murid Yesus, telah mempersiapkan keledai, sebagaimana instruksi yang telah diberikanNya kepada mereka (29-35), kemudian ia mengendarai keledai itu ke Yerusalem(36).

Melihat peristiwa itu, murid-muridNya menghamparkan pakaian mereka di jalan, bagaikan karpet merah yang dibentangkan, misalnya dalam acara penyambutan tamu kehormatan, bahkan juga di acara-acara resepsi pernikahan, biasanya membentangkan karpet merah ataupun warna yang lain, sebagai tanda penghormatan kepada mempelai. Dan mulailah para murid yang mengiringi Dia, bergembira dan memuji Allah dengan suara nyaring, oleh karena segala karya ajaib yang telah Dia lakukan dan yang telah mereka lihat. Mereka memuliakan Dia sebagai Raja, yang datang dalam nama TUhan (37-38).

Tetapi rupanya, bagi para pemimpin Agama, pujian terhadap Yesus menurut mereka terlalu berlebihan, maka mereka meminta dia, untuk menghentikan pujian murid-muridNya. Tetapi apa jawab Yesus kepada mereka? “JawabNya, Aku berkata kepadamu, jika mereka ini diam, maka batu ini akan berteriak.” Orang Farisis sama sekali tidak menginginkan ada popularitas dan kekuatan lain, selain yang ada pada diri mereka.Kekuatan rakyat banyak itu bisa menjadi ancaman bagi orang-orang farisi. Bisa jadi orang banyak itu akan beralih lebih taat dan menjadi pengikut Yesus, dari pada kepada orang Farisi. Tetapi bagi Yesus, sorak-sorak orang banyak itu dimaknai sebagai penyambutan mereka akan kehadiran Allah, yang datang sebagai Raja, yang datang membawa damai sejahtera bagi dunia ini.

Jemaat yang kekasih di dalam nama Tuhan kita Yesus Kristus.

Perbuatan orang banyak yang menghamparkan bajunya disepanjang jalan menuju Yerusalem, itu menunjukkan bahwa dalam pemahaman mereka memang sudah semestinya melakukan hal itu. Kehadiran Sang Mesias harus disambut dengan gembira dan sorak-sorak, itulah kedatangan Sang pembebas bagi Israel. Sayangnya, mereka tidak memahami arti sesungguhnya dari kedatanagan Mesias.

Yesus adalah Sang Mesias, benar! Namun Yesus yang adalah Mesias bukan menjadi pembebas dan pemimpin mereka secara politis, tetapi lebih dari pada itu, Yesus adalah pembebas dari belenggu dosa yang menjadikan manusia bisa menikmati hidup kekal, Dialah Sang pembawa damai. Jadi, peran Yesus sebagai Mesias lebih luas dari pada sekedar membebaskan Israel dari pemerintahan Romawi, tetapi untuk membebaskan semua orang agar bisa menikmati kehidupan kekal. Tetapi, apakah semua orang menerima hidup kekal itu? Tentu tidak, Kehidupan kekal hanya diberikan kepada mereka yang percaya kepadaNya, sebagai jalan kebenaran dan hidup.dan mereka yang mempercayakan segenab hidup kepadaNya, akan dipimpin dan dituntun olehNya.

Bukankah menyambut kehadiran Yesus sebagai mesias sebagai pembawa berita sukacita, melepaskan manusia dari belenggu dosa, membawa kabar keselamatan, hidup kekal dan damai sejahtera, merupakan bagian yang harusnya kita persiapkan sebagai respon kita sebagai pengikut dan muridNya?

Apa sebenarnya motivasi kita menjadi pengikut atau murid Tuhan…?Bagi orang banyak, kehadiran Yesus ke Yerusalem adalah untuk memproklamirkan kekuatan dan kepemimpinanNya atas Israel, padahal kedatanganNya ke Yerusalem adalah untuk memulai saat-saat kesenggsaraanNya. Oleh karena itu, tidaklah heran bila akhirnya orang banyak itu juga yang nantinya akan berseru “Salibkan Dia”. Hal itu terjadi karena kekecewaan mereka terhadap Yesus yang ternyata tidak menunjukkan perlawana dan kuasaNya saat ditangkap.Orang banyak itu tentu merasa kecewa dan merasa terkecoh, oleh pemahaman mereka tentang kemesiasan Yesus. Apa yang sebelumnya mereka telah berikan (Baju-baju yang dihamparkan di jalan, keledai) menjadi tidak berarti lagi.

Orang banyak itu melihat figur Mesias menurut ukurannya sendiri. Ukuran manusia adalah ukuran duniawi, padahal kemesiasan Yesus justru lebih bermakna rohani, yaitu sebagai penebus manusia dari belenggu dosa, pembawa damai, dan hidup kekal. Dari hal ini kita melihat bahwa mereka telah memiliki motivasi yang keliru dalam mengikut Yesus. Orang banyak yang mengelu-elukan Yesus, rela menghamparkan pakaian dan memberikan keledainya, karena mereka berharap Yesus mau menjadi pemimpin mereka secara politik, dan menjadi pembebas mereka dari penjajahan.

Saat mereka tahu, bahwa harapannya tidak mungkin terwujud, dengan cepat mereka justru berubah menjadi memusuhi Yesus dan menyalibkan Dia. Hal ini tentu menjadi pembelajaran bagi kita semua bukan…? Apa sebenarnya motivasi kita mengikut Yesus? Apakah hanya sebatas menyambutNya dengan sorak-sorai, menyanjungNya sebagai Raja, yang datang sebagai utusan Allah? Ataukah kita perlu belajar banyak dari Yesus, yang telah datang dalam kerendahanNya. Menjadi pengikut Yesus bukan saja sebatas mengagumi akan Kuasa, mujizat dan karyaNya yang luar biasa, melainkan menjadikan Dia sosok yang patut dijadikan teladan dalam segala hal. Mengikut Yesus, berarti kita siap menyangkal diri, memikul salib dan mengikut Dia. Jika benar, bahwa kita siap untuk mengikut Yesus, itu berarti kita harus terus belajar padaNya.

Belajar taat, pada perintahNya. Seperti 2 orang murid yang atas perintah Yesus, meyiapkan keledai bagiNya. Tanpa protes, mereka melakukan seperti apa yang diperintahkan oleh Tuhan kepada mereka.Belajar tentang kerendahan hati. Dengan mengendarai seekor keledai, Yesus sedang mengajarkan tentang sikap rendah hati. Tidak memegahkan diri, dan tidak sombong. sebab segala sesuatu adalah dari Dia, oleh Dia, dan bagi Dialah kemuliaan sampai selama-lamanya.

Belajar untuk terus percaya dan berharap kepadaNya. Dalam injil yang lain disebutkan, mereka menghamparkan daun palem, yang melambangkan kemenangan, penebusan atas dosa dan kematian. Yesus datang membawa damai sejahtera, pengharapan akan masa depan, dan hidup yang kekal. Oleh dan sebab itu, jadikan Dia sebagai Tuhan, Juruselamat satu-satunya, jalan kebenaran dan hidup, karena dari padaNyalah keselamatan kekal.

Sebagai murid-murid Tuhan, Dia menghendaki agar kita terus mempercayakan segenab kehidupan kita kepadaNya. Dalam berbagai situasi hidup yang kita alami, Tuhan Yesus harus tetap menjadi sosok yang utama, menjadi prioritas, dan terpenting. Mengikut Dia bukan hanya saat keadaan baik-baik saja, tetapi dalam situasi sulit pun, kita harus tetap setia memikul salib. Dia yang adalah Alfa dan Omega, yang awal dan yang akhir, akan setia memberi pertolongan, dan memampukan kita dalam menjalani kehidupan ini, bahkan dalam menjawab panggilan Tuhan, untuk tetap setia mengiring Tuhan hingga akhir. Amin.