Minggu, 25 September 2022 (Stola Hijau)
Bacaan Alkitab : Lukas 16:19-31
Tujuan : Agar jemaat memahami bahwa baik sebagai orang kaya maupun orang miskin semuanya ada di dalam kuasa Tuhan
Saudara-saudara dalam Kristus Yesus
Kekayaan adalah keseluruhan yang dimiliki oleh seseorang. Baik intelektual, spiritual maupun material. Namun kebanyakan orang mengartikan kekayaan terkait materi yaitu banyaknya harta yang dimiliki seseorang; rumah, uang, peralatan atau fasilitas penunjang hidup. Secara ekonomi itu benar. Namun secara keseluruhan hidup itu belum cukup. Secara materi, sangatlah jelas perbedaan orang kaya dan orang miskin. Dalam keadaannya masing-masing, orang kaya hidup senang dan orang miskin hidup menderita menafkai hidupnya. Namun tujuan keduanya sama yaitu untuk ketenangan jiwa atau kebahagian. Apakah kekayaan menentukan ketenangan jiwa? Atau kemiskinan yang menentukan ketenangan jiwa? “Di desa terpencil ada sebuah keluarga yang hidupnya kaya secara harta, dikenal dengan sebutan ‘tuan besar’. Makan minum dan fasilitas hidup sangat cukup. Istri dan anak-anaknya pun memanggilnya tuan besar. Satu hari, berjumpa dengan seorang yang terlihat papa/sengsara. Tiba-tiba si papa mengulurkan tangan untuk berjabat tangan dengan harapan akan disambut manis oleh si tuan besar. Namun yang terjadi si tuan besar menghindar sambil tutup hidung dan berkata pada hambanya; sedangkan istri dan anak saya tidak berani
menyentuh saya! Orang ini dengan aroma busuk tidak tahu diri’. Beberapa hari kemudian, rumah tuan besar tenggelam oleh banjir dan tidak bisa didiami lagi. Semua harta di dalam rumah tidak bisa diselamatkan. Sementara banjir, muncul si papa menggunakan perahu lepa. Lalu tuan besar meminta si papa untuk menaikan anaknya di perahu, namun si papa menjawab; ‘tak pantas aku menjadi penolongmu, mana mungkin aku bisa menyamai kemampuan hartamu? Lalu tuan besar itu tertunduk dan marasa malu’
Keselamatan adalah anugerah. Yaitu karunia dari Allah bagi setiap orang yang setia mengakuiNya sebagai Tuhan. Oleh sebab itu keselamatan tidak dapat di usaha sendiri untuk memperolehnya. Misalnya; dengan kekayaan kita membantu orang atau yang melarat agar yang memberi pertolongan boleh diperhitungkan untuk menikmati keselamatan. Ini adalah paham yang keliru sebab kita menganggap Tuhan itu perhitungan. Yang benar adalah ‘keselamatan hanya dapat diperoleh melalui iman’.
Kisah tentang orang kaya dan orang miskin/Lazarus dalam bacaan, merupakan gambaran tentang siapa yang akan diselamatkan. Sejak hidupnya, orang kaya menikmati kecukupannya dengan penuh kebebasan berpesta pora setiap hari (ay.1). Tanpa memikirkan masa depannya, orang kaya ini hanya bersenang-senang bahkan dalam kesenangannya, ia tidak peduli dengan Lazarus yang miskin itu yang berbaring dekat pintunya menikmati makanan yang jatuh dari meja untuk menghilangkan laparnya (ay.2). Dari kisah ini, menggambarkan sikap yang tidak pekah dan tidak berbelas kasihnya orang kaya kepada orang yang di samping mejanya sendir. Bagaimana dengan orang miskin diluar dan jauh dari rumahnya? Sikap ini tidak akan pernah mempedulikan orang jauh kecuali jika yang jauh itu adalah sahabat atau yang setarah dengannya. Peristiwa ini berlangsung seumur hidup. Dapat dibayangkan sikap orang kaya yang sungguh hidup senang, namun miskin kasih. Tidak bisakah sedikit mengulurkan tangan untuk orang miskin? Apa yang menyebabkan orang kaya ini miskin dalam kasih sayang? Penyebabnya ialah “orang kaya hanya memiliki konsep harta dalam pikiranya, tanpa memikirkan dari mana datangnya segalah yang dimiliki itu”. Itulah sebabnya tidak ada rasa syukur, tidak ada rasa takut dan tunduk pada Tuhan. Itu tergambar dari sikapnya. Berbeda dengan Lazarus. Lazarus hidup miskin dan menderita tetapi hidupnya benar dihadapan Tuhan. Keadaan kedua orang ini berlangsung sampai meninggal dunia.
Ketika Lazarus mati, ia dibawa oleh malaikat- malaikat ke pangkuan Abraham. Lalu ketika orang kaya mati, ia dikubur dan menderita di alam maut. Disini kisahnya berbeda, mengambarkan siapa yang layak masuk kerajaan surga. Lazarus layak sebab hidupnya benar di hadapan Tuhan.
Kaya bukanlah dosa, miskin bukanlah suci dan sebaliknya, melainkan setiap yang ada pada diri kita hendaknya disadari bahwa semuanya adalah karunia sang pencipta yang harus dipertanggungjawabkan dengan benar. Untuk itu, kaya dan miskin bukanlah ketentuan untuk keselamatan, tetapi setiap pribadi harus mengarahkan pandanganya bahwa Tuhanlah yang patut diagung- kan, dipuji dan disembah dalam hidup, memuliakan Tuhan dengan segala limpah syukur. Tidak seperti orang kaya yang mengagungkan dirinya sendiri, selalu ingin dipuji oleh tamu-tamunya, disampingnya Lazarus yang papa/sengsara dan tidak dipedulikan. Anjing-anjing justru lebih dekat dengan Lazarus. Jadi kekayaannya
tidak pernah diarahkan pada Tuhan sebagai sumbernya. Itu artinya masalah yang terletak pada orang kaya adalah ketidaktaatan memelihara kitab suci yang diajarkan oleh para nabi sehingga sulit menikmati keselamatan atau ketenangan jiwanya. Itulah sebabnya ungkapan Abraham mengenai saudara orang kaya yang masih hidup lima orang ketika orang kaya meminta Abraham untuk memperingatkannya; ‘jika mereka tidak mendengarkan ajaran Musa dan Nabi, biarpun orang mati yang datang memberi petunjuk merekapun tidak akan mendengarkan- nya’ (ay. 31). Di sini tergambar perilaku hidup orang kaya ketika dia masi hidup. Sesungguhnya dia tidak pernah taat pada pengajaran-pengajaran kitab suci yang disampaikan oleh Musa Dan Nabi-nabi yang lain.
Dalam dunia modern ini, nampak adanya jurang yg memisahkan si kaya dan si miskin. Yang kaya tenteram dengan hartanya, yang miskin menderita. Dalam keadaan ini membuat jarak yang memisahkan persahabatan, sebab menjadi ketidak nyamanan bagi yang kaya apabila dekat dengan yang miskin. Bahkan ada juga kalangan Kristen yang terlibat sikap-sikap jijik. Layakkah kita diselamat- kan dengan sikap demikian? tidak!
Saudara-saudara dalam Kristus Yesus.
Kita telah hidup dalam anugerah Allah. Oleh Yesus kita menang dari maut. Bagaimanakah kita memper- tanggungjawabkan karunia yang ada pada kita? Keselamatan adalah anugerah Allah. Oleh sebab itu, hidup benar dihadapan Allah, melakukan firman-Nya dan percaya pada Yesus Kristus satu-satunya jalan keselamat- an. Berbuat baik bukanlah jaminan keselamatan, namun perbuatan baik adalah wujud dari kesetiaan dan ketaan pada Yang kuasa. Yesuslah Raja yang akan terus berkuasa atas hidup kita. Untuk itu, hendaknyalah setiap yang beriman pada Yesus Kristus, berhikmat dan bijaksana.Sehingga dengan memiliki hikmat, kita mampu memahami setiap milik kita sebagai titipan Tuhan yang patut dinikmati dan disyukuri. Bukan dengan kelalaian dan pesta pora semata. Untuk itu, nikmatilah hidup dalam ketenangan dan rasa takut akan Tuhan. Muliakanlah Allah dengan harta dan talentamu. Jangan sombong! Jangan pelit! Jangan cuek! Dengan demikan kita akan semakin berlimpah di dalam Kristus. Amin.