Senin, 25 Desember 2024 (Hari Natal) :  Memberitakan Kabar Sukacita (Lukas 2:8-20)

Senin, 25 Desember 2024 (Hari Natal) (Stola Putih)

Tujuan :  Agar warga jemaat memberitakan kabar sukacita kelahiran Yesus Kristus

Jemaat yang dikasihi Tuhan,

Bagi orang Yahudi gembala domba merupakan pekerjaan yang kasar, penuh bahaya, tidak bergengsi, dan pada  umumnya  gembala  domba  memiliki  sifat  yang kasar, dan  emosional, karena sepanjang waktunya lebih banyak dihabiskan di padang mereka tidak memiliki cukup waktu untuk bermasyarakat, dan yang lebih parah lagi ketika masyarakat Yahudi memiliki cukup waktu untuk berkumpul di sinagoge-sinagoge, para gembala tetap menjalankan tugasnya menggembalakan kawanan dombanya. Itulah sebabnya para gembala menjadi kelompok masyarakat golongan dua dikalangan orang Yahudi. Mereka dipandang sama dengan para pemungut cukai, orang-orang sundal dan para pendosa lainnya. Tugas utama mereka antara lain: Menjaga domba dari serangan pencuri dan binatang predator (pemangsa), merawat domba yang terluka, mencari domba kalau ada yang  hilang  atau  tersesat,  serta  mencarikan  padang rumput dan sumber air untuk makan-minum dombanya.

Karena itu cukup mengherankan ketika Tuhan memilih para gembala sebagai kelompok orang pertama yang menerima kabar suka cita tentang kelahiran Yesus padahal lazimnya kalau seorang Raja yang lahir maka orang pertama yang akan diberitahukan pastilah orang- orang yang juga adalah keturunan kerajaan. Jika seorang calon atau anak pemuka agama yang lahir tentulah tokoh-tokoh agamalah yang lebih dahulu diberitahukan. Yesus terlahir sebagai seorang Raja, Ia juga adalah pembawa kebenaran, tetapi untuk kelahiran-Nya Allah lebih memilih sekelompok masyarakat yang terpinggirkan, sekelompok masyarakat yang dianggap berdosa, sebagai orang yang berhak pertama kali mendengar berita itu.

Ini  suatu  peristiwa  yang  diluar  dugaan    baik  oleh orang Yahudi maupun para gembala itu sendiri. Tapi itulah Allah, Ia sanggup melakukan apa yang mustahil bagi   manusia   menjadi   sebuah   kenyataan   yang   tak terbantahkan. Dan memang inilah tujuan kedatangan Yesus, Ia datang untuk membebaskan mereka yang tertindas, yang hidup dalam ketidak pastian, yang dianggap tidak berharga oleh sesamanya manusia, yang hidup dalam keterikatan dosa, intinya Yesus hadir membawa   kemerdekaan.   Karena   itu,   segala   isu-isu pembebasan, kesetaraan, yang sekarang ini gencar dikumandangkan itu adalah lanjutan karya yang telah dirintis Yesus sejak awal.

Karena itu sangat mengherankan, sangat disayang- kan,  kalau  ada  orang  yang  mengaku  pengikut  Yesus, tetapi  tidak  menghargai  sesamanya,  masih  melakukan praktek penindasan dalam berbagai bentuk kepada sesamanya, masih tidak menghargai persamaan hak, kedudukan dan kewajiban orang lain,   Padahal sebagai pengikut Yesus seharusnya kitalah yang menjadi pelopor pembawa damai yang membebaskan itu di tengah-tengah dunia   ini,   karena   kita   telah   merasakan   kelepasan anugerah Yesus itu.

Hal  lain  yang lain  menarik  dari  bacaan ini  adalah sikap  para  gembala,  rasa  takut  yang  mereka  rasakan ketika para Malaekat menjumpai mereka dengan berita germbira  itu,  membawa mereka pada keputusan  untuk pergi  ke  Betlehem  untuk  melihat  Bayi  Kudus  seperti yang  dikatakan  malaekat  Tuhan  kepada  mereka.  Hal yang luar biasa terjadi, perjumpaan mereka dengan Bayi itu ternyata sanggup merubah hidup mereka. Memang mereka  tidak  menjadi  majelis  ulama  Yahudi,  mereka tidak meninggalkan pekerjaan mereka kemudian menjadi pelayan Bait Allah full time, mereka tetap kembali melanjutkan pekerjaan mereka seperti biasa, hanya bedanya sekarang mereka penuh dengan suka cita, penuh dengan ungkapan syukur. Dan tentunya syukur dan suka cita  yang  mereka  peroleh  itu,  itu  kemudian  merubah sikap, watak, dan seluruh kehidupannya. Berita tentang keselamatan itu dipercayakan kepada mereka. Apakah mereka akan menyimpan berita itu sendiri? Pengalaman spiritual itu pasti akan menumpuk bara cinta di hati mereka, harapan mereka akan keselamatan pasti akan mendorong mereka kepada kualitas hidup yang lebih baik dan energi itu pasti akan memuncak untuk dibagikan kepada yang lain. Sekali lagi Cinta Allah yang ingin bersatu dengan umat-Nya dinyatakan melalui sukacita para gembala yang melihat bayi Yesus Sekarang  kepada  kita  dipertanyakan,  sudah  berapa kali mengikuti ibadah Natal di tahun ini? Sudah berapa kali  merayakan  Natal  sepanjang  umur  kita?  Apakah dalam peristiwa natal itu membawa pembaharuan dalam hidup kita? Apakah ada perubahan yang terjadi dalam pribadi kita setelah kita merayakan perjumpaan kita dengan  Yesus?  Ataukah  semuanya  biasa-biasa  saja? Kalau  setiap  kali  natal hasilnya  tetap biasa-biasa  saja, mari kita mengoreksi diri, ada apa dengan diri kita? Karena tidak mungkin kita bisa membagi sukacita natal kepada orang lain kalau diri kita sendiri tidak merasakan sukacita itu. Semoga dalam natal kali ini, semoga Natal di tahun   2024 ini, bisa membawa perubahan dalam kehidupan pribadi kita masing-masing. Semoga kita bisa menunjukkan tekad dan upaya mencari sekaligus membagikan damai yang sungguh-sungguh dalam natal ini. Mari melatih diri menumbuhkan keyakinan bahwa kedamaian   yang   dicari   akan   benar-benar   terwujud melalui kelahiran Yesus. Dengan merasakan kehadiran Yesus   Kristus   yang   memberikan   damai   sejati,   kita mampu membagikan kebahagiaan. Mulailah dengan melakukan perjumpaan secara langsung dengan sesama dan berbincang akrab   tentang perdamaian, ketenangan dan kesukacitaan. Amin.