Senin, 25 Desember 2024 (Hari Natal) (Stola Putih)
Tujuan : Agar warga jemaat memberitakan kabar sukacita kelahiran Yesus Kristus
Jemaat yang dikasihi Tuhan,
Bagi orang Yahudi gembala domba merupakan pekerjaan yang kasar, penuh bahaya, tidak bergengsi, dan pada umumnya gembala domba memiliki sifat yang kasar, dan emosional, karena sepanjang waktunya lebih banyak dihabiskan di padang mereka tidak memiliki cukup waktu untuk bermasyarakat, dan yang lebih parah lagi ketika masyarakat Yahudi memiliki cukup waktu untuk berkumpul di sinagoge-sinagoge, para gembala tetap menjalankan tugasnya menggembalakan kawanan dombanya. Itulah sebabnya para gembala menjadi kelompok masyarakat golongan dua dikalangan orang Yahudi. Mereka dipandang sama dengan para pemungut cukai, orang-orang sundal dan para pendosa lainnya. Tugas utama mereka antara lain: Menjaga domba dari serangan pencuri dan binatang predator (pemangsa), merawat domba yang terluka, mencari domba kalau ada yang hilang atau tersesat, serta mencarikan padang rumput dan sumber air untuk makan-minum dombanya.
Karena itu cukup mengherankan ketika Tuhan memilih para gembala sebagai kelompok orang pertama yang menerima kabar suka cita tentang kelahiran Yesus padahal lazimnya kalau seorang Raja yang lahir maka orang pertama yang akan diberitahukan pastilah orang- orang yang juga adalah keturunan kerajaan. Jika seorang calon atau anak pemuka agama yang lahir tentulah tokoh-tokoh agamalah yang lebih dahulu diberitahukan. Yesus terlahir sebagai seorang Raja, Ia juga adalah pembawa kebenaran, tetapi untuk kelahiran-Nya Allah lebih memilih sekelompok masyarakat yang terpinggirkan, sekelompok masyarakat yang dianggap berdosa, sebagai orang yang berhak pertama kali mendengar berita itu.
Ini suatu peristiwa yang diluar dugaan baik oleh orang Yahudi maupun para gembala itu sendiri. Tapi itulah Allah, Ia sanggup melakukan apa yang mustahil bagi manusia menjadi sebuah kenyataan yang tak terbantahkan. Dan memang inilah tujuan kedatangan Yesus, Ia datang untuk membebaskan mereka yang tertindas, yang hidup dalam ketidak pastian, yang dianggap tidak berharga oleh sesamanya manusia, yang hidup dalam keterikatan dosa, intinya Yesus hadir membawa kemerdekaan. Karena itu, segala isu-isu pembebasan, kesetaraan, yang sekarang ini gencar dikumandangkan itu adalah lanjutan karya yang telah dirintis Yesus sejak awal.
Karena itu sangat mengherankan, sangat disayang- kan, kalau ada orang yang mengaku pengikut Yesus, tetapi tidak menghargai sesamanya, masih melakukan praktek penindasan dalam berbagai bentuk kepada sesamanya, masih tidak menghargai persamaan hak, kedudukan dan kewajiban orang lain, Padahal sebagai pengikut Yesus seharusnya kitalah yang menjadi pelopor pembawa damai yang membebaskan itu di tengah-tengah dunia ini, karena kita telah merasakan kelepasan anugerah Yesus itu.
Hal lain yang lain menarik dari bacaan ini adalah sikap para gembala, rasa takut yang mereka rasakan ketika para Malaekat menjumpai mereka dengan berita germbira itu, membawa mereka pada keputusan untuk pergi ke Betlehem untuk melihat Bayi Kudus seperti yang dikatakan malaekat Tuhan kepada mereka. Hal yang luar biasa terjadi, perjumpaan mereka dengan Bayi itu ternyata sanggup merubah hidup mereka. Memang mereka tidak menjadi majelis ulama Yahudi, mereka tidak meninggalkan pekerjaan mereka kemudian menjadi pelayan Bait Allah full time, mereka tetap kembali melanjutkan pekerjaan mereka seperti biasa, hanya bedanya sekarang mereka penuh dengan suka cita, penuh dengan ungkapan syukur. Dan tentunya syukur dan suka cita yang mereka peroleh itu, itu kemudian merubah sikap, watak, dan seluruh kehidupannya. Berita tentang keselamatan itu dipercayakan kepada mereka. Apakah mereka akan menyimpan berita itu sendiri? Pengalaman spiritual itu pasti akan menumpuk bara cinta di hati mereka, harapan mereka akan keselamatan pasti akan mendorong mereka kepada kualitas hidup yang lebih baik dan energi itu pasti akan memuncak untuk dibagikan kepada yang lain. Sekali lagi Cinta Allah yang ingin bersatu dengan umat-Nya dinyatakan melalui sukacita para gembala yang melihat bayi Yesus Sekarang kepada kita dipertanyakan, sudah berapa kali mengikuti ibadah Natal di tahun ini? Sudah berapa kali merayakan Natal sepanjang umur kita? Apakah dalam peristiwa natal itu membawa pembaharuan dalam hidup kita? Apakah ada perubahan yang terjadi dalam pribadi kita setelah kita merayakan perjumpaan kita dengan Yesus? Ataukah semuanya biasa-biasa saja? Kalau setiap kali natal hasilnya tetap biasa-biasa saja, mari kita mengoreksi diri, ada apa dengan diri kita? Karena tidak mungkin kita bisa membagi sukacita natal kepada orang lain kalau diri kita sendiri tidak merasakan sukacita itu. Semoga dalam natal kali ini, semoga Natal di tahun 2024 ini, bisa membawa perubahan dalam kehidupan pribadi kita masing-masing. Semoga kita bisa menunjukkan tekad dan upaya mencari sekaligus membagikan damai yang sungguh-sungguh dalam natal ini. Mari melatih diri menumbuhkan keyakinan bahwa kedamaian yang dicari akan benar-benar terwujud melalui kelahiran Yesus. Dengan merasakan kehadiran Yesus Kristus yang memberikan damai sejati, kita mampu membagikan kebahagiaan. Mulailah dengan melakukan perjumpaan secara langsung dengan sesama dan berbincang akrab tentang perdamaian, ketenangan dan kesukacitaan. Amin.
Komentar Terbaru