Minggu, 19 September 2021 Stola Hijau
Bacaan Alkitab : Markus 8:27-38
Tujuan : Agar jemaat memahami bahwa penyangkalan diri, memikul salib dan mengikut Yesus adalah ciri kehidupan seorang murid Kristus.
Bacaan kita saat ini mengisahkan tentang Yesus beserta murid-muridNya yang berangkat ke kampung-kampung di sekitar Kaiserea Filipi (kira-kira 40 km di sebelah utara danau Galilea). Di tengah perjalanan Yesus bertanya kepada murid-muridNya, ”kata orang, siapakah Aku ini?” (ay. 27b). Ini adalah kebiasaan masyarakat Mediterania purba. Zaman itu, identitas ditentukan bukan oleh diri sendiri, tetapi oleh komunitas. Identitas itu ditegaskan oleh orang lain. Mendengar pertanyaan Yesus, para murid kemudian menjawab: ”Ada yang mengatakan: Yohanes Pembaptis, ada juga yang mengatakan: Elia, ada pula yang mengatakan: seorang daripada nabi” (ay. 28). Tetapi menurut Petrus, Yesus adalah Mesias (ay. 29). Petrus mengakui bahwa Yesus adalah orang yang dipilih dan diurapi oleh Allah (bnd Yoh. 6:68-69) figur Mesias pada saat itu sangat dinantikan supaya bisa melepaskan Israel dari belenggu penjajah dan juga yang akan mampu memberikan kesejahteraan bagi Israel. Tetapi Yesus melarang muridmuridnya untuk memberitahukan kepada siapapun tentang Dia (ay. 30), sebab pengakuan bahwa Yesus adalah Mesias menuntut bukti nyata yang disertai dengan pengorbanan. Hal inilah yang kemudian dijelaskan oleh Yesus kepada murid-muridnya, bahwa Mesias itu bukan hanya dipahami sebagai pembawa damai sejahtera dan keselamatan saja, tetapi juga figur yang berkorban, rela menderita, dibunuh dan bangkit demi menyelamatkan umat manusia (ay. 31) Ucapan Yesus ini, membuat Petrus gusar. Alkitab mengisahkan bahwa Petrus menarik Yesus ke samping dan menegurNya (ay. 32) Hal ini membuktikan, bahwa Petrus sama sekali tidak mengerti pernyataan Tuhan Yesus tentang arti penderitaan yang akan di alami oleh Yesus. Kurang lebih tiga setengah tahun hidup bersama Yesus, tetapi Petrus sama sekali belum memahami arti panggilan untuk mengikut Yesus yang sebenarnya, yaitu panggilan untuk menderita.
Sehingga dalam ayat 33, Yesus berpaling sambal memandang kepada murid-murid-Nya, Ia memarahi Petrus, kataNya: “Enyahlah iblis, sebab engkau bukan memikirkan apa yang dipikirkan Allah, melainkan apa yang dipikirkan manusia”. Setiap orang bebas memilih jalan hidupnya. Tetapi bila seseorang telah menjatuhkan pilihannya kepada Yesus maka ia harus memenuhi syarat-syarat yang diajukan Yesus. Apakah syarat-syarat untuk mengikuti Yesus ?
1. Menyangkal Diri
Dengan amat tegas Yesus berkata bahwa setiap orang yang mau mengikuti Aku dia harus menyangkal diri. Tuhan tidak berkata sebaiknya menyangkal diri atau hendaknya menyangkal diri melainkan harus menyangkal diri. Syarat ini tidak dapat ditawar-tawar. Menyangkal diri berarti pusat perhatian itu mesti berubah. Yang semula berpusat pada diri sendiri, pemuasan dan kesenangan diri sendiri kalau perlu mengorbankan orang lain asal menguntungkan dirinya; maka setelah menjadi pengikut Yesus/murid Yesus maka ia memusatkan hidup, perasaan, hati, pikiran dan kehendaknya hanya kepada Yesus. Yesuslah yang sekarang menjadi pusat kehidupannya. Dalam pengertian: Ajaran Yesuslah yang hendak dilakukannya. Kehendak Yesuslah yang hendak dilaksanakannya. Ia juga mau memperhatikan dan menolong sesamanya berdasarkan ajaran Yesus yang dipercayainya. Ia tidak hanya mau menerima berkat Tuhan tetapi juga membagikannya kepada orang lain. Peduli akan kesusahan orang lain.
2. Memikul Salib
Selain menyangkal diri, setiap orang yang mau mengikut Yesus harus memikul salibnya. Apabila Yesus berkata bahwa setiap orang yang hendak mengikuti-Nya harus memikul salib sebenarnya adalah yang hendak ditentang yaitu: Kehidupan sebagai murid Kristus itu mudah. Sebaliknya Yesus hendak menyatakan bahwa menjadi murid-Nya itu berat seperti salib itu sendiri berat dan tidak mudah membawanya.Kemudian, apabila Yesus berseru kepada para pendengar-Nya agar memikul salib sebenarnya Ia berpikir tentang orang-orang yang telah memutuskan untuk menjadi pengikut-Nya yang setia biar pun mesti harus dibayar dengan penghinaan, cobaan, penderitaan bahkan kematian sekalipun seperti yang dialami oleh Yesus sendiri. Di sini salib menjadi lambing kesetiaan dan kesediaan untuk menderita seperti Kristus.
3. Ia Harus Mengikut Yesus
Nampaknya aneh apa yang dikatakan Yesus, “Setiap orang yang mau mengikut Aku … ia harus mengikut Aku. Namun sebenarnya perkataan Yesus ini punya arti yang amat dalam. Perlu dicatat bahwa kita mengikut Yesus karena Yesus yang memanggil kita. Kita tidak dapat memanggil diri kita sendiri. Tetapi sekali Yesus menanggil dan kita menjawab panggilan-Nya itu maka dari diri kita dimintakan penyerahan diri sepenuhnya kepada Dia. Kita tidak bias ajukan syarat-syarat tertentu, misalnya: Saya mau jadi Kristen asalkan aku dapat ini atau itu. Dalam pengertian orang Yahudi, seorang murid ialah orang yang berjalan di belakang mengikuti gurunya. Artinya: seorang murid harus menempuh jalan yang ditempuh oleh gurunya. Seorang murid harus bertutur kata seperti gurunya. Seorang murid harus bertingkah laku seperti gurunya. Seorang murid yang harus mempraktekkan apa yang diajarkan gurunya.
Lalu, yang menjadi pertanyaan, bagaimana dengan kita? Siapkah kita menjawab syarat untuk mengikut Yesus? Yesus mengetahui siapa diri kita sehingga Dia memanggil kita untuk mengikut Dia di sepanjang hidup kita. Syarat untuk mengikut Yesus penuh dengan tantangan dan halangan, tetapi karena Yesus sangat tahu siapa kita maka segala tantangan dan halangan bias terselesaikan asalkan kita punya motivasi yang benar dalam mengikut Yesus yaitu harus menyangkal diri, memikul salib dan mengikut Yesus. Amin