Minggu, 24 Maret (Minggu Sengsara VII) Stola Ungu
Tujuan : Agar warga jemaat memahami bahwa Pengurbanan Krsitus merupakan ketaatan Kepada Bapa dan mendorong kita untuk Hidup dalam ketaatan iman kepada Yesus Kristus
Saudara-saudara yang dikasih oleh Tuhan,
Minggu-minggu sengsara menjadi sebuah peringatan bagi kita bahwa sesungguhnya jalan salib yang dijalani Tuhan kita Yesus Kristus, dalam rangka menyatakan kasih Bapa yang besar kepada kita (bdk.Yoh 3:16). Minggu sengsara ke-7 sekaligus menjadi Minggu sengsara terakhir merenungkan kebesaran kasih-Nya sehingga kita sungguh-sungguh memahami “pengurbanan” yang dilakukan Tuhan Yesus bagi kita.
Bacaan kita dari Yohanes 12:12-19 ini, menceritakan sebuah peristiwa yang luar biasa, di mana Tuhan Yesus dielu-elukan sebagai “Raja” ketika memasuki kota Yerusalem. Ia disambut dengan lambaian daun palem sebagai simbol/lambang perdamaian (Yoh. 12:13). Juga orang banyak melepaskan pakaiannya dan menghamparkannya di jalan yang dilalui Tuhan Yesus sebagai “karpet merah” bahwa Ia adalah raja yang akan melepaskan umat manusia dari kuasa kegelapan dan dosa (Markus 11: 8). “Yerusalem” adalah pusat pemerintahan dan juga pusat keagamaan seharusnya menjadi tempat yang dapat memberi kenyamanan dan kedamaian bagi penduduknya,
tetapi justru di Yerusalemlah menjadi tempat di mana keadilan dan hukum diabaikan bahkan di Yerusalem menjadi puncak penderitaan, sengsara dan penyaliban.
Tidak mudah kita mau berkurban kepada orang berbuat jahat atau orang berdosa. Juga kita tidak mudah memaafkan dan mengampuni orang yang sudah berbuat jahat kepada kita. Mengapa? Karena kita belum memahami arti dari sengsara dan penderitaan Tuhan kita Yesus Kristus. Kita hanya mau berkurban kepada orang yang juga mengasihi kita, ya kan. Kalau tema renungan kita adalah “Berkurban adalah bukti ketaatan sejati”, tema ini mengajak kita untuk kembali dan selalu menghayati pengorbanan Tuhan kita Yesus Kristus dalam kehidupan percaya kita.
Pertama: bahwa sengsara/penderitaan yang sesungguh- nya terjadi dalam kehidupan kita adalah ketika kita menjauh dari persekutuan dengan Tuhan. Tuhan Yesus mengalami kesengsaraan seolah-olah ditinggal oleh Bapa-Nya. Ini berarti bahwa tanpa Allah kehidupan kita menjadi sia-sia, binasa dan dalam kegelapan.
Kedua: Tuhan Yesus melalui via dolorosa (jalan penderitaan) menjadi bukti bahwa Ia mau mengurbankan dan memberi hidup-Nya sebagai bukti ketaatan melaksanakan perintah Bapa-Nya supaya kita dapat pula diterima dan kembali kepada Bapa.
Akhirnya, kita sebagai umat yang sudah ditebus melalui pengorbanan Tuhan kita Yesus Kristus dipanggil juga untuk mau mempersembahkan seluruh kehidupan kita, kepada-Nya sebagai bukti bahwa kita sudah mengalami dan merasakan pengurbanan Tuhan kita Yesus Kristus. Amin.
Komentar Terbaru